Editor: Widi Wahyuning Tyas
TRIBUNBATAM.id - Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia.
Gunung ini masih sering mengalami erupsi, seperti yang terjadi 2 hari lalu.
Senin (10/8/2020), gunung yang berada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara ini kembali meletus pada pukul 10.16 WIB.
Tinggi kolom abu teramati kurang lebih 5.000 meter di atas puncak atau sekitar 7.460 meter di atas permukaan laut.
Saat ini, Gunung Sinabung berada pada status tingkat III atau siaga.
Masyarakat dan pengunjung atau wisatawan diimbau tidak melakukan aktivitas di desa-desa yang sudah direlokasi.
Warga juga harus menjauh dan tidak berada di radius 3 km dari puncak Gunung Sinabung.
Selain itu, ada baiknya untuk memakai masker setiap keluar rumah untuk mengurangi dampak buruk abu vulkanik.
Sekilas tentang gunung Sinabung
Gunung Sinabung merupakan gunung api yang terletak di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia.
Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak yang berada di dekatnya merupakan gunung berapi aktif di Sumatera Utara.
Gunung Sinabung ini menjadi puncak tertinggi kedua di provinsi tersebut.
Ketinggiannya mencapa 2.451 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Gunung Sinabung tidak pernah meletus setelah tahun 1600.
Akan tetapi pada 2010 gunung ini aktif kembali dan meletus secara tiba-tiba.
Lalu meletus lagi pada 19 Februari 2018.
Semenjak aktif kembali, Gunung Sinabung tercatat beberapa kali erupsi.
Morfologi
Geomorfologi Gunung Sinabung dibagi menjadi 4 satuan morfologi berdasarkan morfografi dan morfogenesa, yaitu :
1. Perbukitan Sedimen
2. Perbukitan Vulkanik
3. Kerucut Gunungapi
4. Puncak Gunungapi.
Stratigrafi
Gunungapi Sinabung mempunyai satu khuluk, yang terdiri atas 25 satuan batuan erupsi primer dari kawah pusat, dan 1 endapan batuan gunungapi sekunder.
Endapan Pra Sinabung di daerah ini berupa Satuan endapan Batugamping dan Endapan Aliran Piroklastik Toba.
Kajian foto radar dan telaahan sebaran pola morfologi yang ditunjang dengan penyelidikan langsung di lapangan, terutama mengenai kontak antara satu satuan batuan dengan satuan batuan lainnya yang berumur lebih muda dan atau lebih tua, maka stratigrafi gunungapi daerah pemetaan berturut-turut dari tua ke muda, dapat dirinci sebagai berikut:
1. Endapan Batugamping (Pgp)
2. Endapan Aliran Piroklastik Toba (QTb)
3. Aliran Piroklastik Sinabung 1 (QsP1)
4. Aliran Lava Sinabung 1 (QsL1)
5. Aliran Lava Sinabung 2 (QsL2)
6. Endapan Lahar Sinabung (QsLh)
7. Aliran Piroklastik Sinabung 2 (QsP2)
8. Aliran Lava Sinabung 3 (QsL3)
9. Aliran Lava Sinabung 4 (QsL4)
10. Aliran Lava Sinabung 5 (QsL5)
11. Aliran Piroklastik Sinabung 3 (QsP3)
12. Aliran Lava Sinabung 6 (QsL6)
13. Aliran Lava Sinabung 7 (QsL7)
14. Aliran Lava Sinabung 8 (QsL8)
15. Aliran Lava Sinabung 9 (QsL9)
16. Aliran Piroklastik Sinabung 4 (QsP4)
17. Aliran Lava Sinabung 10 (QsL10)
18. Aliran Lava Sinabung 11 (QsL11)
19. Aliran Lava Sinabung 12 (QsL12)
20. Aliran Piroklastik Sinabung 5 (QsP5)
21. Aliran Lava Sinabung 13 (QsL13)
22. Aliran Lava Sinabung 14 (QsL14)
23. Aliran Piroklastik Sinabung 6 (QsP6)
24. Aliran Lava Sinabung 15 (QsL15)
25. Aliran Piroklastik Sinabung 7 (QsP7)
26. Aliran Lava Sinabung 16 (QsL16)
27. Aliran Lava Sinabung 17 (QsL17)
28. Aliran Piroklastik Sinabung 8 (QsP8)
29. Endapan Alluvium (Qa).
Struktur Geologi
Gunungapi Sinabung terbentuk pada tepian Baratlaut patahan cekungan Toba Tua.
Garis patahan Strike Slip mengiri sepanjang batas bagian barat Toba, yang bagian atasnya terbentuk Gunungapi Sinabung menerus ke Timurlaut hingga Gunungapi Sibayak merupakan sesar orde kedua.
Struktur Sesar Normal dijumpai di daerah Danau Kawar.
Sesar Normal Kawar ini merupakan sesar orde ketiga.
Sesar tersebut kehilangan tekanan dan mengalami penurunan di bagian Selatan yang merupakan hanging wall nya.
Sesar ini dicirikan oleh morfologi triangular facet yang menjadi salah satu penciri sesar normal.
Selain struktur sesar, struktur lainnya seperti Struktur kelurusan topografi yang pada umumnya menunjukkan orientasi BaratDaya-TimurLaut serta struktur kawah juga di temukan pada bagian puncak Gunungapi dengan orientasi BaratLaut-Tenggara.
Riwayat letusan
Sejak zaman dahulu, Gunung Sinabung telah meletus berkali-kali.
Terakhir meletus sebelum abad 20 adalah pada tahun 1600.
Aktivitas terakhir yang ditimbulkan oleh gunung api ini berupa muntahan batuan piroklastik dan aliran lahar yang mengalir kea rah selatan.
Gunung dengan ketinggian 2.460 meter dari permukaan laut ini pada tahun 1912 mengalami aktivitas solfatara di puncak dan lereng atas.
Sementara pada tahun 2010, terjadi beberapa kali letusan yang di antaranya merupakan letusan freatik.
Setelah letusan itu, aktivitas gunung Sinabung kembali aktif.
Status gunung ini pun naik dari waspada menjadi diaga pada 3 November 2013.
Letusan-letusan terjadi berkali-kali setelah itu, disertai luncuran awan panas sampai 1,5 km.
Pada tanggal 20 November 2013 terjadi enam kali letusan sejak dini hari.
Pada tanggal 24 November 2013 pukul 10.00 status Gunung Sinabung dinaikkan ke level tertinggi, level 4 (Awas).
Penduduk dari 21 desa dan 2 dusun harus diungsikan.
Status level 4 (Awas) ini terus bertahan hingga memasuki tahun 2014.
Guguran lava pijar dan semburan awan panas masih terus terjadi sampai 3 Januari 2014.
Mulai tanggal 4 Januari 2014 terjadi rentetan kegempaan, letusan, dan luncuran awan panas terus-menerus sampai hari berikutnya.
Hal ini memaksa tambahan warga untuk mengungsi, hingga melebihi 20 ribu orang.
Pada 21 Mei 2016 pukul 16.48 WIB, Gunung Sinabung kembali meletus dan mengeluarkan awan panas yang menyelimuti Desa Gamber, Kecamatan Simpang Emat, Kabupaten Karo.
Awan panas ini mengakibatkan 7 orang meninggal dunia dan 2 lainnya mengalami luka bakar.
Para korban diketahui tengah berada di zona merah di kawasan Desa Gamber yang beradius 4 Km dari Gunung Sinabung.
Sampai dengan 22 Mei 2016, telah terjadi 4 kali letusan.
Menurut petugas pos gunung Sinabung, luncuran awan panas akibat erupsi pertama kali terjadi sekira pukul 14.30 WIB.
Pada tanggal 19 Februari 2018 pukul 08:53 WIB, Gunung Sinabung kembali meletus dengan mengeluarkan abu dan awan panas yang menyelimuti bangunan di sekitarnya. Dengan selamat tidak ada korban jiwa atau luka parah.
6 April 2018 pukul 17:30 WIB, terjadinya gempa pada Gunung Sinabung dengan memuntahkan awan panas di area gunung.
Selamatnya, tak ada korban jiwa dan luka parah.
Gunung Sinabung kembali erupsi pada Minggu, 9 Juni 2019, sekitar pukul 16.28 WIB.
Saat itu, kolom abu setinggi 7.000 m teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal dan bergerak ke arah selatan.
Saat itu Gunung Sinabung berada dalam Status level 3 (Siaga).
Gunung Sinabung erupsi pada 10 Agustus 2020 sekitar 10.16 WIB, yang menyebabkan dua kecamatan di Kabupaten Karo gelap gulita.
Padahal saat itu kejadian di siang hari, namun keadaan sekitar terlihat seperti sudah malam.
Dua kecamatan yang mengalami gelap ini, yakni di Kecamatan Namanteran dan Kecamatan Berastagi.
Erupsi kali ini memperlihatkan Gunung Sinabung memuntahkan dua kali material vulkaniknya berupa awan panas.
Saat itu, gunung aktif tersebut memuntahkan abu vulkanik dengan tinggi kolom abu apai 5.000 meter.
Tak berhenti di situ, erupsi kedua pun terjadi pada pukul 11.17 WIB.
Erupsi kedua memiliki kolom abu vulkanik yang tak setinggi erupsi pertama, yakni capai 2.000 meter.
Kecamatan Namanteran hampir rata mengalami kondisi tertutup abu vulkanik.
Sedangkan untuk di Kecamatan Berastagi, kawasan yang terdampak paling parah di seputar simpang Desa Doulu.
Artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki.com dengan judul 'Gunung Sinabung'.