WHO Desak Semua Negara untuk Bergabung pada Program Global Vaksin Covid-19

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI Vaksin Corona - Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, bahwa tanpa memvaksinasi populasi berisiko tertinggi di planet ini secara bersamaan, mustahil untuk membangun kembali ekonomi global.

Editor: Lia Sisvita Dinatri

TRIBUNBATAM.id, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan pesan yang mendesak kepada setiap negara untuk segera bergabung dengan program global vaksin Covid-19, Selasa, (18/8/2020). 

WHO juga menjelaskan siapa yang akan mendapatkan suntikan virus corona terlebih dahulu. 

Selasa (18/8/20020), Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, bahwa tanpa memvaksinasi populasi berisiko tertinggi di planet ini secara bersamaan, mustahil untuk membangun kembali ekonomi global.

Tedros mengatakan, bahwa 20 persen populasi setiap negara yang paling terpapar, termasuk pekerja kesehatan garda depan, orang dewasa di atas 65 dan mereka yang memiliki kondisi yang sudah terinfeksi sebelumnya, akan menjadi sasaran vaksinasi gelombang I. 

Skema tersebut dilakukan setelah COVAX yang dipimpin WHO membagikan fasilitas untuk dapat meluncurkan vaksin yang terbukti aman dan efektif. 

"Cara tercepat untuk mengakhiri pandemi ini dan membuka kembali ekonomi adalah mulai dengan melindungi populasi berisiko tertinggi di seluruh wilayah yang ada, bukan hanya seluruh populasi di beberapa negara saja," kata Ghebreyesus dalam konferensi pers virtual. 

Saat ini, kasus virus corona telah menewaskan hampir 775.000 orang dan menginfeksi hampir 22 juta orang, sejak wabah muncul di China pada Desember lalu, menurut penghitungan dari sumber resmi yang dikumpulkan oleh AFP. 

Peluncuran 2 fase

Para peneliti dan perusahaan raksasa farmasi berlomba untuk menghasilkan vaksin, dengan 9 dari 29 vaksin saat ini sedang diuji pada manusia yang merupakan bagian dari Fasilitas Vaksin Global COVAX.

"Jika ada pemenang dalam (uji coba) vaksin, kami akan mendapatkannya, tanpa perlu dipertanyakan (keamanannya)," kata penasehat WHO Bruce Aylward.

Sekitar 92 negara telah menandatangani COVAX, sebagai upaya untuk mengumpulkan biaya dan manfaat untuk menemukan, memproduksi dan mendistribusikan vaksin yang efektif. 

Sementara, 80 negara lainnya telah menyatakan minat tetapi belum berkomitmen sepenuhnya.

WHO ingin negara-negara menunjukkan minat yang kuat pada 31 Agustus mendatang.

"Fasilitas Vaksin Global COVAX adalah mekanisme penting untuk pengadaan bersama dan pengumpulan data risiko berbagai vaksin. Itulah sebabnya, hari ini saya mengirim surat ke setiap negara anggota untuk mendorong mereka bergabung," kata Tedros.

Dia merinci alokasi vaksin virus corona akan digulirkan dalam 2 tahap.

Pertama, dosis akan dialokasikan secara proporsional dan bersamaan ke semua negara yang berpartisipasi, dalam upaya untuk mengurangi risiko global orang terinfeksi virus corona secara keseluruhan.

Pada fase II, tingkat ancaman dan kerentanan masing-masing negara akan ikut diperhitungkan. 

Kekebalan kelompok

Tedros mengatakan pekerja lini depan yang menangani perawatan kesehatan dan sosial akan mendapatkan prioritas tahap I.

"Karena mereka penting untuk merawat dan melindungi populasi, sementara berhubungan dekat dengan kelompok risiko kematian tinggi," jelasnya.

Dia mengatakan data awal menunjukkan bahwa orang dewasa di atas 65 tahun dan mereka dengan kondisi yang sudah terinfeksi sebelumnya, berada pada risiko tertinggi meninggal akibat Covid-19.

"Untuk sebagian besar negara, alokasi fase I ditujukan hingga 20 persen populasi yang akan mencakup sebagian besar kelompok berisiko (terinfeksi virus corona)," kata Tedros. 

"Jika kita tidak melindungi orang-orang dengan risiko tertinggi ini dari virus, di mana-mana dan pada saat yang sama, kita tidak dapat menstabilkan sistem kesehatan dan membangun kembali ekonomi global," tambahnya.

Dengan tidak adanya vaksin, WHO menyatakan bahwa 50 persen orang yang telah mengembangkan resistansi terhadap virus corona baru akan cukup untuk mencapai "kekebalan kelompok" dan dengan demikian menghentikan penularan.

Direktur kedaruratan WHO Michael Ryan mengatakan planet ini "jauh dari tingkat kekebalan yang dibutuhkan untuk menghentikan penyakit ini".

Orang seharusnya "tidak hidup dengan harapan kekebalan kawanan menjadi penyelamat kita. Saat ini, itu bukan solusi," tambah Ryan.

Kemudian, Aylward mengatakan dibutuhkan tingkat vaksinasi yang "sangat tinggi" untuk mencapai kekebalan kelompok, karena vaksin kemungkinan besar tidak akan berhasil pada semua orang yang disuntikkan. (*) 

KPU Batam Ingatkan Syarat Wajib Ini ke Bakal Calon Kepala Daerah di Pilkada Batam

Potret Prewedding Chef Marinka di Paris, Terlihat Romantis dengan Calon Suami, Peter Lufting

Lewat Video Call, Kapolda Kepri Sapa 6 Anggotanya yang Dirawat di RSKI Covid-19 di Galang

UPDATE 19 August: Increased 565 Cases, Total 9,047 Covid-19 Patients in Jakarta

Berita Terkini