Jenderal Sudirman tidak bisa memimpin secara langsung pasukannya saat berperang karena kondisinya. Ia memimpin lewat pemikiran dan motivasi untuk pasukannya.
Selama bergerilya, para pejuang juga melakukan penyerangan ke pos-pos yang dijaga Belanda atau saat konvoi.
Baca juga: Perang Gerilya, Taktik Perang Melawan Penjajah
Gerilya yang dilakukan pasukan Indonesia merupakan strategi perang untuk memecah konsentrasi pasukan Belanda.
Taktik tersebut membuat Belanda bingung dan kewalahan karena melakukan penyerangan tiba-tiba. Cara tersebut membuat pasukan Belanda terpaksa mundur.
Kembali ke Yogyakarta
Setelah hampir 7 bulan bergerilya dengan berpindah-pindah, Jenderal Soedirman memutuskan kembali ke Yogyakarta.
Dalam perjalanan menuju Yogyakarta, rombongan Janderal Sudirman dihadang oleh Belanda di Pacitan.
Kemudian perjalanan Jendera Sudirman dialihkan melewati daerah Sobo Nawangan. Di sana, Jenderal Sudirman tinggal selama 107 hari.
Di daerah Sobo, Jenderal Sudirman menyusun strategi untuk menghadapi pasukan Belanda. Dalam kesempatan tersebut Jenderal Sudirman mempu meningkatkan moral para pejuang Indonesia.
Setelah perancanaan yang matang, 1 Maret 1949 pagi hari, serangan besar-besaran yang serentak dilakukan di seluruh wilayah Indonesia.
Baca juga: Desa Bibis dan Cerita Perencanaan Serangan Umum 1 Maret 1949
Fokus utama penyerangan di ibu kota Indonesia, Yogyakarta. Pagi hari sekitar pukul 06.00 WIB, sewaktu sirine dibunyikan serangan dilakukan di segala penjuru kota.
Dari sektor sebelah barat sampai batas Malioboro dipimpin Letkol Soeharto. Di sektor timur dipimpin Ventje Sumual, sektor selatan dan timur oleh Mayor Sardjono.
Di sektor utara dipimpin Mayor Kusno. Sementara di sektor kota dipimpin Letnan Amir Murtopo dan Letnan Masduki
Pasukan Indonesia berhasil menguasai Kota Yogyakarta selama 6 jam. Peristiwa tersebut dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret.