Menilik Buku How Democracies Die yang Dibaca Anies Baswedan, Berisi Tentang Apa?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membaca buku How Democracies Die yang diunggah di akun Instagram dan Twitternya pun menjadi sorotan.

Para penguasa itu memiliki pola yang sama, yakni mereka semua menjatuhkan lawan mereka sebagai kriminal, menunjukkan penghinaan terang-terangan atas kritik di media, memicu teori konspirasi tentang gerakan oposisi, dan mempertanyakan keabsahan suara yang menentang mereka.

Catatan sejarah

How Democracies Die, memberikan panduan berdasarkan catatan sejarah, tentang cara mempertahankan norma-norma demokrasi ketika ia berada di bawah ancaman, dan menunjukkan bahwa ancama itu bisa dilawan.

Seperti yang terjadi di Belgia pada tahun 1930-an, partai-partai arus utama dapat bersekutu melawan otoritarianisme.

Ketika itu, fasisme di Belgia berhasil dikalahkan berkat kesediaan partai Katolik sayap kanan untuk bergabung dengan kaum liberal.

Sementara itu, sejak Perang Dunia II berakhir, partai-partai sayap kiri dan kanan di Jerman telah menunjukkan kesiapan untuk bekerja sama daripada membiarkan ekstremisme mendapatkan pijakan dalam pemerintahan.

Di Chile, rezim otoriter Augusto Pinochet akhirnya dikalahkan pada 1989 oleh aliansi Demokrat Kristen dan Sosialis, yang bersama-sama berkomitmen untuk memelihara demokrasi.

Dengan demikian, keberlangsungan demokrasi membutuhkan politisi yang ingin menempatkan stabilitas jangka panjang di atas keuntungan jangka pendek.

Selain juga siap untuk mengakui bahwa akan selalu ada konsekuensi yang harus diterima dari sebuah tindakan yang telah diputuskan.

Baca juga berita Tribun Batam lainnya di Google

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Ramai Anies Baca Buku How Democracies Die, Buku Tentang Apa Itu?

Berita Terkini