HARI GURU NASIONAL

Kisah Guru di Perbatasan Anambas, Susah Sinyal Mengirim Laporan Harus ke Pelabuhan

Momen Hari Guru Nasional, inilah kisah guru di perbatasan yakni di Anambas Kepulauan Riau

TRIBUNBATAM/RAHMATIKA
HARI GURU - Kisah guru di perbatasan yakni di Kepulauan Anambas Kepulauan Riau 

ANAMBAS, TRIBUNBATAM-  Mengabdi di wilayah perbatasan sudah jadi tuntutan Imron Tawilah(27), salah satu pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja sebagai guru olahraga di pulau kecil Anambas, Desa Lingai, Kecamatan Siantan Selatan.

Baginya menjadi guru sudah jadi keinginannya sejak kecil.

Apalagi ia merasa daerah kelahirannya yakni Kepulauan Anambas perlu sosok guru yang mampu mendidik anak- anak menjadi anak yang cerdas meski terlahir di pulau yang jauh dari perkotaan.

Di usia yang masih muda, Imron panggilan sehari-harinya ia sudah menjadi seorang guru PNS, dan dengan hati sukarela mau memberi ilmu kepada anak-anak di daerah pulau yang jauh dari Kota.

"Saya ingin mencerdaskan anak bangsa, ingin punya pendidikan yang menjanjikan, bahwa mereka kelak berguna bagi bangsa, khususnya anak daerah Anambas, yang sangat membutuhkan pendidikan," ujar Imron  kepada TRIBUNBATAM.id, Selasa (24/11/2020).

Sudah jalan 3 tahun Imran menjadi guru.

Pertama kali ia menjadi guru honorer di SMP N 6 Satqp Lingai, kemudian pada 2019 ia mulai mengajar di SDN 005 Lingai.

Desa Lingai letaknya tidak jauh dari Tarempa, Kecamatan Siantan. Untuk ke Desa Lingai, Imron harus menempuh perjalanan sekitar satu jam menggunakan kapal kayu atau biasa yang disebut masyarakat kapal pompong.

"Iya bolak balik dari Tarempa ke Lingai itu sekali seminggu, pakai kapal nelayan Desa Lingai. Di sana sudah disediakan rumah untuk guru, jadi hari Sabtu saya udah pulang ke Tarempa, Senin baru mengajar lagi," tutur Imron.

Setiap pagi hari ia harus berangkat pukul 07.00 WIB menggunakan kapal pompong milik nelayan.

Menempuh perjalanan sekitar satu jam untuk sampai di Lingai.

Imron baru saja menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), ia memulai karier nya sebagai guru sejak 2017 silam. Kemudian tahun 2018 ia memberanikan diri mendaftar sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), dan pada 2019 ia dinyatakan lulus PNS.

"Udah tiga tahun jadi guru, sejak 2017 lalu itu saya guru honorer, gajinya pun kadang tidak cukup karna transportasi saya dari rumah ke sana cukup mahal, waktu itu gaji saya sebelum jadi PNS Rp 2,1 juta, untuk bayar transportasi Rp 1,2 juta satu bulan, belum lagi bayar kosan dan makan itu Rp 600 ribu, jadi cukup sulit juga waktu jadi guru honor dulu," jelasnya.

Sambil menyeruput teh hangat ia melanjutkan suka dukanya menjadi guru di daerah perbatasan.

Kendala yang sering ia alami selama menjadi guru di pulau kecil adalah sulitnya para murid dalam memahami pelajaran.

Halaman
12
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved