TRIBUNBATAM.id - Proses penyuntikan vaksin Covid 19 sudah dilakukan di Indonesia, namun beredar kabar penerim avaksin tetap bisa menularkan covid-19, simak penjelasan ahli berikut.
Hal ini tentu membawa harapan baru untuk segera mengakhiri pandemi.
Meski demikian, mereka yang telah mendapatkan vaksin tetap harus melakukan protokol kesehatan.
Pasalnya, perlu waktu agar vaksin bisa bekerja untuk menciptakan antibodi melawan Covid-19 ini.
Oleh karena itu, masyarakat - baik yang sudah mendapatkan vaksin atau belum - diharapkan tetap menerapkan protokal kesehatan untuk menekan kasus positif Covid 19.
Selain itu, pemberian vaksin Covid 19 tidak cukup hanya sekali suntikan saja.
Masih ada beberapa tahap pemberian dosis agar tercipta antibodi.
“Setelah dosis pertama, dibutuhkan sekitar satu minggu bagi tubuh untuk mengembangkan beberapa respon antibodi," ucap spesialis paru Jafar Abunasser.
Pada suntikan dosis pertama, tubuh juga hanya mendapatkan respon imun parsial.
"Vaksin memang memberikan perlindungan. Tapi, meski anda mendapatkan dua dosis, vaksi hanya memberi perlindungan sekitar 94 persen atau 95 persen," ucapnya.
Terlepas dari kenyataan bahwa kita sudah terlindungi berkat vaksin, menurut Abunasser kita masih bisa menjadi OTG (orang tanpa gejala) dan menyebarkan virus ke orang lain.
"Jadi Anda tidak dapat berasumsi bahwa karena Anda mendapatkan vaksin, Anda terlindungi dan tidak lagi menularkan virus ke orang lain," tambah Abunasser.
Ketika dalam tahap pengujian, vaksin hanya terbukti melindungi orang yang menerimanya dari penyakit itu sendiri.
Riset menuntjukan bahasa dua dosis pemberian vaksin sekitar 95 persen populasi akan mengembangkan kekebalan untuk melindungi diri dari virus.
"Namun, itu tidak berarti bahwa orang yang kebal tidak dapat membawa virus dan menularkannya ke orang lain jika mereka terpapar," ucap Abunasser.
Vaksin hanya meminimalisir kemungkinan seseorang untuk jatuh sakit karena terpapar virus.
Belum ada bukti yang menunjukan bahwa vaksin juga bisa mencegah seseorang untuk tidak membawa dan menularkan virus ke orang lain.
"Meskipun vaksin memang meminimalisir kemungkinan jatuh sakit, manfaatnya akan efektif jika kita juga melakukan tindakan pencegahan," ujar Abunasser.
Mencegah penularan virus corona
Untuk mengakhiri pandemi ini, semua pihak tetap harus waspada dan saling bekerjasama.
“Sampai kita dapat mengatasi pandemi ini, kita masih harus mengikuti protokol kesehatan," ujar Abunasser.
Vaksin hanyalah salah satu senjata untuk melawan pandemi ini. Itu berarti, kita harus melengkapi "senjata" untuk melawan vaksin ini dengan melakukan langkah pencegahan.
Menurut Abunasser, langkah terbaik untuk mengatasi dan mengendalikan pandemi adalah dengan menjaga jarak sosial, mencuci tangan, dan memakai masker.
"Bagaimanapun juga, mengatasi pandemi ini tak bisa hanya bergantung pada vaksin saja," ucapnya.
Vaksinasi Covid-19 di Indonesia dan Singapura Lebih Cepat, Warganet Malaysia Protes
Warganet Malaysia mulai melayangkan protesnya kepada pemerintah setempat yang dinilai lamban dalam menyediakan vaksin Covid-19 di dalam negeri.
Hal itu mereka utarakan melalui media sosial Twitter yang ramai membandingkan kinerja pemerintahan Malaysia dengan Singapura dan Indonesia yang lebih dulu melakukan proses vaksinasi Covid-19.
Seperti diketahui, di Indonesia telah mulai mendistribusikan vaksin Covid-19 Sinovac pada tahap perdana, Rabu (13/1/2021) dengan Presiden Joko Widodo sebagai orang pertama yang mendapatkan suntikan.
Sementara di Singapura, vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech telah didatangkan.
Perdana Menteri Lee Hsien Loong juga telah melakukan vaksinasi pada Jumat (8/1/2021) di Singapore General Hospital atau Rumah Sakit Umum Singapura (SGH).
Langkah vaksinasi kedua kepala negara ini ditujukan untuk membuktikan kepada warganya bahwa vaksin aman untuk disuntikkan.
Baca juga: Kapan Jadwal Masyarakat Umum Disuntik Vaksin Covid-19? Ini Tahapan dan Rencana Tanggalnya
Melihat langkah negara tetangga yang lebih dulu mendistribusikan vaksin Covid-19, warganet Malaysia menyatakan kegeramannya kepada pemerintah di Twitter.
Seperti di akun @PisauKarat yang mengunggah dua foto berita yang melaporkan vaksinasi yang dilakukan oleh Jokowi dari media Bernama dan PM Lee Hsien dari The Straits Times.
Dalam keterangan unggahannya, @PisauKarat mengomentari soal birokasi pemerintah Malaysia yang lamban dalam birokrasi.
Ia juga berharap agar secepatnya pemerintah Malaysia bisa menyediakan vaksin Covid-19.
"(Vaksin Covid-19) Indonesia sudah, Singapura sudah. Malaysia belum selesai juga dengan birokrasinya. Mungkin pertikaian soal komisi belum selesai," tulis @PisauKarat.
"Tak apa, kita tunggu. Semoga komisinya dibagi sama rata agar cepat selesai dan rakyat cepat dapat vaksin Covid-19," pungkasnya, Rabu (13/1/2021).
Seorang pengguna lain juga mengungkapkan keresahannya melalui sebuah utas.
Akun bernama @rajabahrinshah membuat thread berjudul 'Waktu Covid-19: Perlu Wakil Rakyat, Bukan Wakil Politik" pada Minggu (9/1/2021).
Pria yang dalam profilnya menyebutkan sebagai seorang ahli dewan negara (senator) ini awalnya menerangkan bahwa kondisi Malaysia dalam menghadapi Covid-19 semakin genting.
Tak hanya soal pandemi, musibah banjir yang melanda Negeri Jiran tersebut juga menjadi fokus utama yang harus dihadapi pemerintah Malaysia.
Ia menyarankan agar pemerintah mengesampingkan urusan politik dan fokus kepada masyarakat.
Sebab menurutnya saat ini yang dibutuhkan masyarakat adalah wakil rakyat bukan wakil politik dari partai masing-masing.
Akun tersebut juga meminta penjelasan mengapa vaksin Covid-19 terkesan lambat dibeli jika dibandingkan dengan Singapura dan Indonesia.
Melansir Anadolu pada Senin (11/1/2021), Perdana Menteri Muhyiddin Yassin mengatakan bahwa Malaysia baru akan menerima dosis vaksin Covid-19 dari BioNTech/Pfizer sekitar akhir Februari.
“Sebagai persiapan awal untuk memastikan kelancaran distribusi vaksin Covid-19 kepada masyarakat di negara ini ketika persediaan sudah didapat, Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Program Imunisasi Covid-19 Nasional,” ujarnya.
Menyikapi kabar itu, pengguna Twitter lain @IbrahimMatlsa juga melayangkan protesnya.
Dalam utasnya, dia membagikan artikel Bernama yang memberitakan pemerintah Malaysia baru meluluskan vaksin Covid-19 buatan Pfizer.
Ia mengaku heran, mengapa Malaysia baru akan meluluskan vaksin Covid-19 padahal di Indonesia dan Singapura lebih dulu mendistribusikannya.
"Coba kalian bayangkan dalam vaksin Covid-19 sudah sampai di Singapura dan pekan ini sudah sampai juga ke Indonesia. Tapi, Malaysia baru akan meluluskan?" ujar @IbrahimMatlsa.
"Kegilaan apa Malaysia ini, entahlah! Menteri pun gila sudah," imbuhnya, Jumat (8/1/2021).
Klarifikasi pemerintah Malaysia
Lantas mengapa pemerintah Malaysia lebih lamban menyediakan vaksin Covid-19 dibanding Indonesia dan Singapura?
Diungkapkan oleh Menteri Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Inovasi Malaysia, Khairy Jamaluddin menegaskan, Malaysia masih dalam jadwal yang sesuai untuk menerima pasokan vaksin Covid-19 yakin pada Februari 2021.
Khairy Jamaluddin pun mengklarifikasi pertanyaan mengapa pemerintah Malaysia lebih lama mendatangkan vaksin Covid-19.
"Banyak yang mempersoalkan tentang terlambatnya Malaysia dalam memperoleh vaksin, terutama apabila melihat negara-negara tetangga telah mulai menerima vaksin Covid-19," ujar Khairy di Kuala Lumpur, Jumat, (15/1/2021).
Ia pun mengucapkan selamat kepada negara tetangga, yaitu Indonesia dan Singapura, yang telah memulai proses vaksinasi kepada rakyat mereka.
Baca juga: Wacana Menkes: Penerima Vaksin Covid-19 dapat Sertifikat yang Bisa Dijadikan Syarat Bepergian
"Tetapi, saya juga ingin menjelaskan beberapa perkara, terutama kepada mereka yang mencoba membandingkan Malaysia dengan dua negara tetangga ini," katanya.
Singapura, ujar dia, memberikan uang muka yang besar kepada calon-calon pemberi vaksin. Negara tersebut, kata ia, telah menyediakan peruntukan sebanyak 1 miliar dolar Singapura untuk menyediakan vaksin kepada rakyat mereka.
Malaysia menyediakan peruntukan yang hampir sama, tetapi untuk populasi lima kali lebih besar.
"Dengan kata lain, Singapura telah mengesahkan perjanjian pembelian awal vaksin Covid-19 pada harga premium sebelum data ujian klinis dikeluarkan," katanya.
Sementara Indonesia, negara pertama yang meluluskan penggunaan vaksin Sinovac, jelas dia, telah menerima vaksin tersebut lebih awal karena mereka menjadi lokasi uji klinis fase ketiga bagi vaksin tersebut.
"Ini bermakna, proses pendaftaran dan kelulusan vaksin tersebut menjadi lebih pantas," katanya.
Jadi, tidak heran Sinovac akan mengutamakan negara-negara yang menjalankan ujian klinis bagi vaksin keluaran mereka.
"Kenapa Malaysia tidak menjadi lokasi uji klinis bagi vaksin Sinovac? Ujian klinis vaksin Sinovac mulai pada tahun lalu dan saat Malaysia menawarkan kepada pihak Sinovac untuk menjadi lokasi ujian klinis, jumlah kasus positif dan kadar penularan di Malaysia adalah sangat rendah," katanya.
Ketua Komite Khusus Jaminan Akses Pasokan Vaksin Covid-19 (JKJAV) tersebut mengatakan, Malaysia telah berunding dengan Pfizer pada November 2020.
"Apabila diterima kelak, Malaysia sebenarnya masih menjadi antara negara terawal di Asia Pasifik yang mendapat akses kepada vaksin Covid-19," katanya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penerima Vaksin Covid 19 Tetap Bisa Tularkan Virus Corona, Mengapa?"