TRIBUNBATAM.Id - Sebentar lagi, warga Tionghua akan merayakan imlek tahun 2021.
Banyak pernak pernik dan ornamen khas dalam perayaan Imlek tersebut.
Begitu juga dengan buah jeruk kuning yang identik dengan daunnya.
Mengapa harus ada daun di jeruk tersebut ternyata juga ada maknanya.
Baca juga: Zaskia Sungkar Masuk Kehamilan 8 Bulan, Istri Irwansyah Pamer Perut Membuncit: Hello
Baca juga: Seperti di Sinetron, Suami Pinjam Uang Istri Untuk Modal Nikah, Nasibnya Miris Setelah Ketahuan
Baca juga: Meletus Lagi, Inilah Sejarah dan Asal Usul Gunung Merapi, Termuda tapi Paling Aktif
Saat Imlek, orang-orang sering membagikan jeruk. Apa maknanya?
Menyambut Tahun Baru Imlek, ada sejumlah hal yang dipersiapkan.
Mulai dari pernak pernik, ornamen serba merah, hingga hidangan khas Tahun Baru Imlek.
Jeruk menjadi satu di antara hidangan khas yang disajikan saat Tahun Baru Imlek.
Kenapa Jeruk?
Ada alasan sendiri mengapa perayaan Imlek identik dengan buah jeruk.
Dirangkum dari berbagai sumber, warna jeruk diyakini sama dengan simbol warna emas atau kekayaan menurut kepercayaan orang Tionghoa.
Tak heran jika masyarakat Tionghoa sering membagikan jeruk saat perayaan Tahun Baru Imlek.
Mereka percaya bahwa membagikan jeruk dapat memberikan banyak keberuntungan.
Uniknya, jeruk yang dihidangkan harus memiliki daun.
Hal ini dikarenakan, daun pada jeruk melambangkan panjang umur.
Inilah yang membuat jeruk identik dengan perayaan Tahun Baru Imlek.
Alasan Lampion Identik dengan Tahun Baru Imlek
Dalam bahasa mandarin, lampion dikenal dengan sebutan dēng lóng atau dēng cǎi yang berarti sangkar atau tempat, sehingga jika diletakkan secara bersama sebagai tempat cahaya atau sumber cahaya.
Lampion merupakan perpaduan antara seni lukis, hiasan gunting kertas, origami dan sulaman yang menggunakan bahan bambu, kayu, rotan, batang gandum, tanduk hewan, bahan logam dan sutera.
Tradisi memasang lampion sudah ada sejak era Dinasti Xi Han yang berlangsung sekitar abad ke-3 masehi di China.
Awalnya, lampion terbuat dari kertas kain, atau kulit binatang.
Alasannya, memang masa pembuatan lampion bersamaan dengan terciptanya teknik pembuatan kertas.
Lampion terbuat dari rangka bambu, dan berwarna merah.
Namun, kini lampion mulai diidentikkan sebagai simbol Perayaan Thaun Baru Imlek dalam penanggalan Tionghoa pada masa Dinasti Ming.
Lampion yang terbuat dari bahan ringan melambangkan pribadi yang rendah hati dan ringan dalam membantu orang lain.
Sehingga orang tersebut senantiasa dapat memudahkan jalan untuk menggapai puncak dari tujuan kehidupan dengan adanya respon sosial yang baik.
Makna warna merah pada lampion
Warna merah pada lampion memiliki makna tersendiri.
Yakni, simbol pengharapan bahwa di tahun yang akan datang diwarnai dengan keberuntungan, rezeki, dan kebahagiaan.
Sementara, saat lilinnya dinyalakan, maka cahaya merah ini melambangkan harapan dan semangat yang menyala-nyala.
Sehingga nantinya dengan berdoa, berusaha, dan berharap yang terbaik kepada Sang Pencipta maka seseorang akan selalu diberikan kebahagiaan dan keberuntungan yang mengiringi setiap langkahnya.
Bagi warga Tionghoa, lampion juga memiliki arti kebersamaan, persatuan, bisnis yang lancar dan sukses, semangat, kebahagiaan dan sebagai penerang dalam hidup.
Selain itu, lampion juga menggambarkan sebagai pengusir kekuatan jahat.
Kekuatan jahat ini berasal dari raksasa yang murka bernama Nian.
Sehingga, lampion yang terpasang di rumah warga Tionghoa bertujuan untuk mengusir pengaruh jahat yang akan memasuki rumah tersebut.
Seiring berjalannya perkembangan zaman, kini lampion dibuat dengan beragam bentuk sehingga membuat Perayaan Tahun Baru Imlek semakin meriah. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribuntravel.com dengan judul Kenapa Buah Jeruk Identik dengan Tahun Baru Imlek? Begini Alasannya
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Mengapa Jeruk Identik dengan Perayaan Imlek? Ternyata Ini Alasannya