TRIBUN WIKI

4 Fakta Jaringan JAD yang Diduga Terlibat Aksi Bom Makassar, Inisiatornya Kelas Kakap

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BOM - Inilah profil Jamaah Ansharut Daulah (JAD), diduga terlibat aksi bom Gereja Makassar. FOTO: Petugas Kepolisian melakukan olah TKP ledakan di Gereja Hati Yesus Yang Mahakudus atau Katedral Makassar, Minggu (28/3/2021). Polisi menyatakan bom yang meledak tersebut merupakan bom bunuh diri. TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR

TRIBUNBATAM.id - Inilah profil Jamaah Ansharut Daulah (JAD), diduga terlibat aksi bom Gereja Makassar.

Terkait kasus ledakan bom di Gereja Katedral Makassar, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sempat menduga jika jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) terlibat.

Dugaan itu diungkapkannya saat meninjau langsung TKP kejadian bersama Panglima TNI Hadi Tjahjanto.

Adapun identitas dari salah satu pelaku bom bunuh itu telah berhasil diungkap.

"Pelaku ini merupakan jaringan JAD (berkaitan) dengan 19 anggota JAD yang ditangkap kemarin," kata Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo.

Menurut Kapolri, terduga pelaku berinisial L.

Sigit Prabowo menegaskan, dirinya telah memerintahkan Densus 88 untuk mengusut tuntas kasus itu secepatnya.

"Saya sudah perintahkan Kadensus untuk mengusut tuntas kasus ini sampai ke akar-akarnya," ujarnya.

Berikut Tribun Batam sajikan 4 fakta tentang JAD:

Baca juga: Apa Itu Bom Panci di Gereja Makassar? Daya Ledak Maut hingga 1 Kilometer Per Detik

Baca juga: Sosok Marthinus Hukom, Kepala Densus 88 Dipercaya Listyo Sigit Urus Bom Makassar

Baca juga: Terungkap Asal-usul Motor Dipakai Pelaku Bom Bunuh Diri Makassar, Punya Kerabat Honorer DPRD Sulsel

1. Diinisiasi Aman Abdurrahman

Aman Abdurrahman

Dikutip dari Tribun Manado, JAD dibentuk pada 2015 silam oleh 21 organisasi teror yang mendeklarasikan kesetiaan pada negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), seperti Majelis Indonesia Timur dan Barat, Ikhwan Mujahid Indonesi fil Jazirah al-Muluk, Khilafatul Muslimin, dll.

JAD diinisiasi terpidana mati kasus terorisme, Aman Abdurrahman dari dalam Lapas. 

Pada 2014, Aman Abdurrahman memanggil sejumlah pengikutnya untuk melakukan pertemuan di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap.

Aman memanggil Abu Musa, Zainal, M Fachri, dan Khaerul Anwar.

Dalam pertemuan itu, Aman disebut menyampaikan beberapa hal terkait telah berdirinya Khilafah Islamiyah di Suriah, serta kewajiban umat Muslim mendukung baiat kepada Abu Bakar Al Bagdadi.

Dalam pertemuan itu, Aman juga menyampaikan perlunya membentuk wadah jemaah yang ada di Indonesia sebagai pendukung Khilafah Islamiyah.

Tujuannya, mewadahi orang-orang yang bersimpati dengan daulah Islamiyah yang ingin bergabung untuk menyamakan manhaz atau pemahaman dengan manhaz daulah Islamiyah.

Aman menunjuk Abu Musa menjadi pemimpin atau dikenal dengan amir jemaah pusat guna membentuk wadah tersebut. Sedangkan Zainal ditunjuk sebagai amir jemaah Jawa Timur.

Abu Musa dan Zainal ditunjuk karena dinilai keduanya memiliki jemaah yang cukup banyak.

2. Jaring anggota 

Polisi melakukan olah TKP di depan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro pasca meledak, Minggu (13/5/2018) pagi. (surya/sugiharto)

Usai pertemuan tersebut, Abu Musa mulai memikirkan wadah untuk mengakomodir permintaan Aman.

Tak berselang lama, sebuah wadah bernama JAD terbentuk.

Tujuan JAD untuk mendukung daulah Islamiyah yang ada di Suriah dengan melakukan kegiatan penyebaran dakwah khilafah, melaksanakan hijrah, dan berjihad.

Pada November 2014, Zainal mulai membentuk struktur JAD Jawa Timur yang memiliki kepengurusan ketua, sekretaris, bendahara, hingga kehumasan.

Zainal juga membentuk pimpinan JAD di sejumlah wilayah di Jawa Timur.

Setelah membentuk struktur kepengurusan, Zainal membuat program kerja serta bidang yang membawahinya, di antaranya bidang askary untuk mengadakan idad/tadrib askari, dauroh internal (amaliyah), bidang i'lam untuk pembuatan website dan tablight akbar, serta bidang maliyah guna penggalangan dana.

Pada September 2015, Abu Musa mengundang sejumalah pendukung daulah/khilafah Islamiyah Indonesia ke Cilacap.
Dalam pertemuan itu, Abu Musa menyampaikan akan menggelar dauroh dai nasional yang akan digelar pada November 2015.

Abu Musa meminta kesediaan Zainal untuk menjadi pimpinan JAD menggantikan dia yang akan berangkat ke Suriah bergabung dengan kelompok teroris ISIS.

Zainal kemudian membentuk panitia pelaksana. Kegiatan tersebut digelar selama 3 hari bertempat di vila yang berada di kawasan Batu, Malang.

Sejumlah kegiatan yang dilakukan pada acara tersebut yaitu mengadakan taklim atau kajian mengenai tauhid, khilafah, dan jihad.

Digelar juga teleconfrence dengan Aman dari Nuskambangan, dengan menggunakan ponsel milik Zainal yang didengarkan oleh seluruh anggota JAD yang hadir.

Adapun saat acara yang sama, di lantai II vila, Zainal membentuk kepengurusan dan menunjuk sejumlah pemimpin JAD di berbagai wilayah di Indonesia.

Baca juga: Penampakan Robot Penjinak Bom, Diturunkan Ketika Penggeledahan Rumah Terduga Pelaku Bom Makassar

Baca juga: Terdengar Dentuman saat Densus 88 Geledah Rumah Terduga Pelaku Bom Bunuh Diri, Apa yang Terjadi?

Baca juga: Detik-detik Densus 88 Temukan Bom Rakitan Siap Meledak di Cikarang, Diduga Terkait Bom Makassar

3. Lancarkan teror

Bom Thamrin, simpang Sarinah

Sejak terbentuk, organisasi ini sudah berulangkali melancarkan serangan di tanah air.

JAD antara lain bertanggungjawab atas serangan bom Thamrin dan Kampung Melayu, bom di Polres Surakarta, penyerangan Mapolres Banyumas, bom panci di Bandung, baku tembak di Tuban, Jawa Timur, penyerangan pos kepolisian di Banten, pengeboman Gereja Oikumene di Samarinda, bom di Surabaya dan serangan ke Wiranto.

Pertautan Aman dengan ISIS mulai tercium publik ketika dia mengeluarkan fatwa jelang serangan bom Thamrin 2016 silam.

"Berhijrahlah ke negara Islam dan jika tidak mampu, maka berjihadlah di negara masing-masing," tulisnya.

Sejak 2017 silam pemerintah AS menempatkan JAD dalam daftar organisasi teror dan melarang semua perusahaan AS berurusan dengan kelompok tersebut.

Pada 31 Juli 2018 , pengadilan di Jakarta Selatan membuat putusan yang melarang organisasi tersebut, yang memungkinkan penangkapan semua anggota dan organisasinya.

4. Serang Wiranto dan Bom Surabaya

Detik-detik yang terjadi setelah Wiranto diserang 2 orang Tak Dikenal (Ist)

JAD dilaporkan memiliki kaitan dalam pengeboman sejumlah gereja di Surabaya pada tahun 2018 silam. 

Dua anggota JAD diyakini telah melakukan serangan pisau pada menteri keamanan Indonesia yaitu Wiranto pada 10 Oktober 2019, yang mengakibatkan Wiranto dirawat di rumah sakit.

Tiga orang lainnya, termasuk seorang Polisi, ditikam dan dilukai.

Wiranto ditusuk saat berada di Alun-alun Menes, Pandeglang setelah setelah meresmikan Gedung Kuliah Bersama di Universitas Mathla'ul Anwar.

Kedua pelaku diketahui bernama Syahrial Alamsyah alias Abu Rara dan Istrinya dan Fitri Andriana.

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan mengungkapkan bahwa penusuk Menko Polhukam Wiranto, merupakan anggota kelompok terorisme Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi.

"Dari dua pelaku ini kami sudah bisa mengindentifikasi bahwa pelaku adalah dari kelompok JAD Bekasi," ujar Budi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, Kamis (10/10/2019).

Ia menambahkan, pelaku yakni Abu Rara, dulunya anggota JAD dari Kediri, Jawa Timur.

Ia kemudian pindah ke Bogor.

Setelah cerai dengan istrinya, Abu Rara pindah ke Menes, Pandeglang, Banten.

"Karena cerai dengan istri pertama pindah ke Menes. Dan difasilitasi oleh salah satu Abu Syamsudin, dari Menes, untuk tinggal di sana (Menes)," ucap dia.

Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Sejarah JAD di Indonesia, Organisasi Teror yang Lahir dari Lembaga Permasyarakatan

Berita lain tentang Bom di gereja Makassar

Berita lain tentang TRIBUN WIKI

Baca berita terbaru lainnya di Google!

Berita Terkini