LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Negeri Bunda Tanah Melayu di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri, memiliki sejumlah tradisi yang menarik.
Salah satunya Tradisi Haul Jamak.
Tradisi ini dilakukan di bulan Sya'ban atau sebulan sebelum datangnya bulan suci Ramadhan.
Hingga saat ini, tradisi haul jamak masih dilestarikan oleh masyarakat Lingga di seluruh kampung, desa/kelurahan hingga kecamatan.
Haul jamak ini dilakukan pada awal bulan Sya'ban hingga akhir.
Tiap-tiap masjid atau surau di Kabupaten Lingga secara bergantian merayakan tradisi ini.
Biasanya tradisi ini dilakukan sesuai dengan hari yang ditentukan oleh para tokoh agama di masing-masing kampung, desa/kelurahan hingga Kecamatan.
Tradisi ini dengan melakukan doa bersama, untuk mendoakan kebaikan bagi para pahlawan, tokoh agama, kerabat, orang tua, serta para pendahulu mereka.
Baca juga: Nizar Temui Ketua Kadin Batam, Jajaki Peluang Kerja sama Investasi Batam-Lingga
Baca juga: Sopir Ngantuk, Mobil Dinas Disdukcapil Lingga Nyungsep ke Parit, Begini Kronologinya
Setelah doa bersama dilakukan, warga melakukan makan bersama dalam bentuk Talam Sehidang di masjid atau surau.
Atau pun bisa di rumah bagi orang yang mampu.
Makan bersama di masjid ini merupakan makanan yang dibawa oleh masing-masing kepala keluarga, untuk dihidangkan dalam bentuk talam dan ditutup dengan tudung saji pandan.
"Haul jamak ini lebih ke doa untuk para arwah atau orang yang telah meninggal dunia," kata Pemerhati Sejarah dan Budaya Lingga, Lazuardy kepada TribunBatam.id, Sabtu (19/3/2022).
Selain mendoakan para arwah, tradisi ini sangat tinggi mengandung nilai kekeluargaan untuk mempererat silaturahmi.
Seperti salah satunya di Masjid Al-Jihad Kelurahan Daik, Kecamatan Lingga.
Ketua Masjid Al-Jihad, Nadar Malik secara singkat menuturkan, tradisi haul jamak ini dimulai dengan berziarah serta membersihkan kuburan pada bulan Sya'ban.