Awal Puasa Muhammadiyah dan Kemenag Berbeda, tapi Mungkin Lebaran Bersamaan, Kok Bisa?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Awal Puasa Muhammadiyah dan Kemenag Berbeda, tapi Mungkin Lebaran Bersamaan, Kok Bisa?

Jumlah hari di bulan kalender Hijriah pasti 29 atau 30

"Di hadis dikatakan jika melihat Bulan, berpuasa. Tetapi jika belum, digenapkan Syakban-nya jadi 30 hari. Bagi Muhammadiyah (hilal 1 Ramadhan) itu sudah muncul ketika NU belum melihat (hilal). Muhammadiyah sudah melihat dengan hisab," terang Syamsul.

Ia menambahkan, sidang isbat 1 Ramadhan 1443 H lalu, kondisi hilal jika dilihat atau diamati dengan mata, diragukan.

Hal tersebut lantaran derajat hilal masih rendah sekali, sehingga NU dan pemerintah memutuskan untuk menggenapkan bulan Syakban menjadi 30 hari.

"Kalau besok (1 Syawal) itu hampir ya menurut ilmu hisab sama dengan apa yang nanti diperoleh saat rukyat. Jadi bagi NU puasanya 29 (hari), bagi Muhammadiyah 30 hari karena tidak mungkin lebih dari itu," ujar Syamsul.

Wakil Rektor UIN Raden Mas Said ini juga memastikan, jumlah hari di bulan pada sistem penanggalan Hijriah adalah 29 atau 30.

"Jumlah hari di bulan Hijriah sudah tetap 29 atau 30. Hanya berbeda soal menentukan apakah malam ini sudah masuk bulan baru atau belum," terang dia, dikutip dari kompas.com.

Tak seperti pada kalender Masehi yang berbasis Matahari, kalender Hijriah atau sistem penanggalan dengan Bulan ini memiliki hari yang tidak pasti.

Seperti menurut sidang isbat Kemenag, Ramadhan 1439 H atau Ramadhan 2018 berjumlah 29 hari.

Sehingga, Idul Fitri 2018 dirayakan keesokan hari setelah sidang isbat, yakni pada 15 Juni 2018.

Baca juga: PERINGATI Nuzulul Quran, Pemko Batam Gelar Buka Puasa Bersama dan Santuni Anak Yatim

Baca juga: Resep dan Cara Bikin Tahu Bakso Walik yang Mudah dan Cepat, Camilan Renyah Berbuka Puasa

Tahun berikutnya, sidang isbat memutuskan bahwa Ramadhan 1440 H atau Ramadhan 2019 digenapkan menjadi 30 hari lantaran hilal tidak terlihat.

Hal tersebut berbeda dengan bulan pada kalender Masehi yang memiliki jumlah hari tetap, kecuali bulan Februari yang terdiri dari 28 atau 29 hari.

Bahkan perbedaan jumlah hari di Februari pun, rutin setiap empat tahun sekali atau pada saat tahun kabisat.

"Kalau kalender Matahari (Masehi) kan jelas, kalau Maret sekian hari, April sekian hari, Mei sekian hari, jelas. Kalau Hijriah bisa 29 atau 30, tidak mesti," imbuh Syamsul.

.

.

.

(TRIBUNBATAM.id)

Berita Terkini