KKB Sandera Pilot Susi Air di Papua, Founder Ungkap Imbasnya Buat Warga

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KKB SANDERA PILOT SUSI AIR - Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya kembali menyebar foto dan video kondisi pilot Susi Air Capten Philip Mark Mehrtens di Papua. Founder Susi Air, Susi Pudjiastuti mengungkap imbas dari penyanderaan pilot Susi Air untuk warga di sana.

PAPUA, TRIBUNBATAM.id - Susi Pudjiastuti founder maskapai Susi Air blak-blakan mengenai kondisi setelah seorang pilotnya disandera Kelompok Kriminal Bersenjata alias KKB di Papua.

Dalam jumpa pers di SA Residences, Makasar, Jakarta Timur, Susi Pudjiastuti mengungkapkan, pesawat Susi Air kini tidak melayani penerbangan di pegunungan Papua buntut kejadian penyanderaan pilotnya, Kapten Philips Marthens, oleh teroris kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Salah satu penyebabnya adalah berkurangnya kepercayaan diri para pilot Susi Air akibat kejadian pembakaran pesawat dan penyanderaan pilot di sana.

Kapten Philips Marthens merupakan warga negara Selandia Baru bersama lima penumpang Susi Air hilang kontak sesaat setelah mereka mendarat di Bandar Udara Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan pada Selasa (7/2/2023) waktu setempat.

Pesawat dengan nomor registrasi PK-BVY itu diduga dibakar oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya sesaat setelah mendarat.

Baca juga: Nasib Pilot Susi Air Masih Belum Jelas, Panglima TNI Berikan Komentar

Lima penumpang merupakan orang asli Papua (OAP). Kelimanya telah dievakuasi dan kembali ke rumah masing-masing.

Sementara Philips masih dibawa KKB. TNI hingga Polri terus mengupayakan agar Philips Marthens bisa dibebaskan.

"Jadi kami mohon maaf, saya sebagai pemilik dan perintis Susi Air, pada 2006 kami masuk Papua, sekarang ini ya tidak bisa melayani lagi. Tentu banyak sebabnya, bukan cuma satu armada berkurang dengan dibakarnya pesawat kami. Tahun lalu kami kehilangan satu, sekarang satu," ungkapnya.

Selain hal itu, rasa percaya diri antara pilot tidak memungkinkan lagi adanya penerbangan di wilayah pegunungan.

Susi mengatakan, kondisi ini membuat layanan yang diberikan Susi Air di Papua menjadi sulit.

Dia mengatakan, para pilot Susi Air mungkin saja resign apabila Kapten Philips Marthens tidak kembali dari penyanderaan KKB.

Baca juga: KKB Papua Bakar Pesawat Susi Air, Pilot dan Lima Penumpang Termasuk Bayi Jadi Sandera

"Jadi resignation juga akan tinggi, bila penyelesaian Kapten Philips ini tidak bisa baik," ucap Susi.

Susi Pudjiastuti lantas mengingatkan KKB bahwa masyarakat punya hak untuk mendapatkan akses transportasi dan mendapatkan kebutuhan pokok.

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan ini turut berterimakasih kepada TNI, Polri, pemerintah, hingga masyarakat Papua yang sudah berupaya bernegosiasi dengan penyandera Kapten Philips.

"Walaupun sampai dengan hari ini upaya-upaya yang dilakukan belum ada hasil. Tapi kita tidak boleh putus asa. Saya mohon doa dari semua, tragedi ini bisa berakhir dengan baik dan memulihkan kembali kegiatan operasional penerbangan Susi Air seperti semula melayani," imbuhnya.

MENKO Polhukam: Tak Mungkin Barter Senjata dengan Pemberontak

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyatakan bahwa pemerintah tidak akan menuruti kemauan kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang menyandera pilot maskapai Susi Air, Philips Mark Methrtens (37).

Baca juga: Kapolda Papua Sebut Keselamatan Pilot Susi Air Kapten Philips Jadi yang Utama

Adapun KKB pimpinan Egianus Kogoya itu meminta ganti uang dan senjata sebagai syarat pembebasan Philips.

“Oh tidak mungkin, masak barter senjata kepada (dengan) pemberontak?” ucap Mahfud usai acara “Cangkrukan Menko Polhukam” di Surabaya, Selasa (28/2/2023), lewat rekaman suara yang diterima Kompas.com, Rabu.

Mahfud MD menambahkan, pemerintah dan aparat sedang mengatur taktik dan strategi agar bisa membebaskan Philips.

“Tetapi tidak mungkin kita ngasih, satu kemerdekaan. Kedua, ngasih senjata dan sebagainya kepada penjahat itu,” kata Mahfud MD.

Operasi pencarian terhadap Philips masih berlanjut hingga memasuki hari ke-22 hingga Rabu (1/3/2023) hari ini.

Adapun Philips, yang merupakan warga negara Selandia Baru, membawa lima penumpang dengan pesawat nomor registrasi PK-BVY dan mendarat di Bandar Udara Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, pada Selasa (7/2/2023).

Baca juga: Menhan Prabowo Subianto Kawal Pencarian Pilot Susi Air Hilang di Papua

Sesaat setelah mendarat, pesawat itu dibakar KKB pimpinan Egianus Kogoya. Pilot dan lima penumpang sempat disebut melarikan diri ke arah berbeda.

Kini, lima penumpang yang merupakan orang asli Papua (OAP) telah kembali ke rumah masing-masing.

Sementara Philips masih dibawa KKB.

Dalam video yang disebar KKB di media sosial, mereka awalnya meminta Indonesia mengakui Papua Merdeka.

"Kami bawa pilot ini karena Indonesia tidak pernah mengakui Papua Merdeka, jadi kami tangkap pilot. Karena semua negara harus buka mata soal Papua Merdeka," kata salah satu orang dari KKB tersebut dalam video yang diterima Kompas.com.

Namun demikian, kabar terbaru yang disampaikan Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri, Egianus Kogoya menyampaikan permintaan sebagai syarat agar pilot Philips bisa bebas.

Baca juga: Susi Air Kembali Beroperasi di Karimun, Ini Rute dan Harga Tiket Pesawatnya

“Memang pernah dia menyampaikan tuntutan untuk bisa mengganti senjata dan uang," ujar Mathius di Mimika, Kamis (23/2/2023).

Permintaan Egianus tersebut, kata Fakhiri, sulit untuk dipenuhi, terutama terkait senjata api dan amunisi.

Tuntutan tidak mungkin disetujui karena justru akan memperburuk situasi.(TribunBatam.id) (Kompas.com/Adhyasta Dirgantara/Nirmala Maulana Achmad)

Sumber: Kompas.com

Berita Terkini