Menurutnya, hampir sebagian wilayah di Kabupaten Lingga, masih melestarikan kesenian ini.
Namun, dia menjelaskan setiap tarian ini memiliki sedikit perbedaan dari tiap wilayah.
"Dari segi salam penyembahan, dari segi langkah kaki hingga ketukan irama gendang dan gong itu berbeda-beda dari desa masing-masing," jelasnya.
Sementara untuk pukulan gendang, biasanya dipakai kerajaan yang terpusat di Daik memakai pukulan ketukan tiga.
"Namun ada yang gong satu tingkah dua, dan ada yang hanya satu kali gong," tambahnya. (TribunBatam.id/Febriyuanda)