TRIBUN BATAM PODCAST

Kole-Koleh Kue Tradisional Melayu Kepri Tembus Pasar Internasional

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNBATAM.id - Ada yang tahu kole-koleh?

Bagi yang belum tahu, ini merupakan kue tradisional Melayu di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Tidak hanya sebagai makanan tradsional Melayu saja.

Lewat tangan dingin Fitri Anggraini, ia terbilang sukses membuat koleh-koleh diterima pasar Internasional.

Tampilannya pun dibuat kekinian sehingga lebih beragam.

Lewat Tribun Batam Podcast edisi, Selasa (13/2), Pemilik Kole-Koleh Anggraini ini menceritakan awal mula membangun bisnisnya.

Editor TribunBatam.id, Dewi Haryati Lubis memandu Tribun Batam Podcast spesial ekonomi dan bisnis ini.

Baca juga: 10 Kuliner Kepri Cocok Buat Akhir Pekan, Ada Es Laksamana Mengamuk

Berikut petikan wawancaranya.

TB: Bagi sebagian orang tentu sudah mengenal Kole-koleh ini, tapi banyak juga yang belum tahu. Apa si Koleh-koleh ini?

TA : Koleh-koleh merupakan kue tradisional khas Melayu, asalnya dari Pulau Penyengat.

Orang zaman dulu menang sering suka buat kue berbentuk talam yang mana di bagian atas dikasih ampas minyak kelapa yang kini bernama Kole-koleh.

Makanan ini sering digunakan saat perayaan hari besar misalnya Idul Fitri dan hari besar lainnya.

TB: Apakah Koleh-koleh ini dijual ibu rumah tangga untuk kebutuhan sehari-hari?

TA: Iya benar. Dulu masyarakat ketika ada acara gotong royong, dan pesta pernikahan selalu pesan ke ibu-ibu.

Ini mereka manfaatkan untuk menghasilkan pundi-pundi uang.

Warga suka menikmati karena kelezatannya, ada gurih, santan dan kacang hijau sangat terasa.

Walaupun ada yang modern, namun tradisional Koleh-koleh tetap diminati masyarakat.

TB: Koleh-koleh kini menjadi oleh-oleh khas Melayu dan tampilan yang berbeda. Bisa dijelaskan gimana ceritanya?

TA: Sebentar saya buka itu tidak dadakan, saya sudah planning sejak lima tahunan.

Awalnya saya bukannya di pulau Penyengat pada 31 Januari 2020.

Saat itu saya gunakan rumah untuk usaha.

Waktu itu memang sudah manajemen dengan baik. Namun dilanda Covid-19 dan sempat tutup dan buka lagi di Batam.

Alhamdulillah sekarang masih ada dan makin berkembang.

TB: Ada berapa item Koleh-koleh?

TA: Kami ada empat item, yang pertama Kole-koleh original, cokelat, roti blau dan roti kacang hijau cokelat (Kahico).

TB: Mengapa kakak angkat kue tradisional ini jadi oleh-oleh khas?

TA: Alasannya adalah, kue tradisional ini memang jarang dilirik sama orang.

Kesannya seperti kampungan, jadi saya pikir tak ada salahnya saya modifikasi dan ubah bahan baku yang dahulu dari santan menjadi susu sehingga lebih tahan lama hingga 7 hari.

TB: Apa harapan kakak angkat kue tradisional ini?

TA: Harapan saya adalah ingin melestarikan kue khas Melayu.

Karena jarang yang melestarikan ini, apalagi anak muda sekarang. Saya berupaya agar budaya ini tidak hilang.

TB: Usaha ini belajarnya dari mana?

TA: Saya belajar ini dari ibu, waktu itu lebih kepada kue ulangtahun dan lainnya. Ditambah lagi saya kuliah ke tata boga.

TB: Apa respons awal dari masyarakat?

TA: Alhamdulillah mereka langsung suka. Apalagi sebelum Covid-19 saya justru banyak mendapatkan penghasilan lebih jika dibandingkan dengan sekarang.

Untuk di Batam saya sulit menjelaskan, soalnya banyak yang belum tahu soal Koleh-koleh ini. Saya ingin mempromosikan ini di Batam.

TB: Di media sosial Instagram Koleh-koleh kami melihat ada tulisan sekali merase teringat sepanjang mase. Apa itu maknanya?

TA: Iya itu adalah tagline kami. Artinya kue kampung ini sekali terasa koq beda ya. Dan itu biar pembeli teringat.

TB: Selain di Penyengat, khusus di Batam tokonya ada dimana?

TA: Di Batam lokasi tokonya ada di Anggrek Sari, depan Habibie Pollux tepatnya di town house Alexandria.

TB: Selain di toko. Untuk mendapatkan Koleh-koleh ini dimana lagi?

TA: Sejauh ini banyak yang order secara online, baik melalui Instagram, Facebook Koleh.koleh atau by WhatsApp.

TB: Apa saja yang dijual di Batam selain Kole-koleh?

TA: Terbaru adalah kukis Koleh-koleh. Ceritanya saya kurasi Bank Indonesia (BI) sebanyak tiga kali saya lakukan kurasi.

Dua kali di Tanjungpinang dan satu kali di Batam.

Nah untuk di Batam, saya ditantang oleh kuratornya, coba buat sesuai yang tahan lama.

Jadi saya coba buat yang kering dengan bahan yang sama, yakni kacang ijo, santan lalu saya oven ternyata berhasil.

Saya soundingkan ke kurator dan setuju, sejak itu saya buat terus hingga sekarang dalam binaan BI.

TB : Tadi kakak bilang Koleh-koleh sudah sampai di Bali, itu dalam rangka apa?

TA : Nah itu di bawa saat kegiatan G20 tahun lalu di Bali.

Responsnya sangat baik. Waktu itu bawa 60 ke Bali. Ternyata satu hari langsung habis.

TB: Untuk pasarannya sejauh ini kemana saja?

TA: Pernah dipromosikan ke Singapura, Malaysia dan saya berkeinginan untuk buka di Bandung Jawa Barat.

TB: Kenapa memilih Bandung?

TA: Karena anak saya mau sekolah di sana. Sehingga saya ingin perkenalkan di Bandung tentu saya sesuai dengan lidah mereka.(TRIBUN BATAM.id/ Ronnye Lodo Laleng).

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News

Berita Terkini