TRIBUNBATAM.id, Batam - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI mengungkapkan, jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia berangsur naik secara signifikan sejak dihantam pandemi Covid-19.
Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenparekraf RI, Dwi Marhen Yono, mengungkapkan target wisatawan sebelum pandemi Covid-19 sebelumnya mencapai 20 juta kunjungan, tetapi realisasinya tercapai 16 juta kunjungan. Kemudian, Covid-19 melanda, dan kunjungan pun jauh berkurang. Pada tahun 2021, jumlah kunjungan bahkan hanya sebesar 1,5 juta.
"Sejak pandemi, dari tahun ke tahun jumlahnya naik signifikan. Seperti, di tahun 2022 jumlahnya sekitar 5 juta kunjungan, dan tahun 2023 mencapai 11 juta kunjungan. Kami menargetkan tahun 2024 bisa tercapai 14,3 juta kunjungan wisman," ujar Marhen, ketika menghadiri Musyawarah Nasional Asita di Batam, Kepulauan Riau, pada Kamis (16/5/2024).
Peningkatan juga terjadi pada kunjungan wisatawan nusantara (wisnus). Sebelum Covid-19, sebanyak kurang lebih 722 juta orang bergerak dalam aktivitas wisata di dalam negeri. Kemudian ketika Covid-19 melanda, jumlah kunjungan wisnus hanya sebesar 400 jutaan.
Baca juga: Ismeth Abdullah Dirawat di Malaysia, Huzrin Hood Ungkap Kondisi Gubernur Kepri Pertama
Angka ini kembali meningkat di tahun 2022 yang mencapai 734 juta kunjungan, dan kemudian tembus 850 juta kunjungan wisata di tahun 2023.
Khususnya berkat kunjungan wisatawan, devisa negara juga semakin meningkat. Ketika pandemi, peroleh devisa dari pariwisata turun di angka Rp 30 triliun. Namun kemudian angkanya meningkat di tahun 2023 yang sebesar Rp 110 triliun.
"Tapi masih ada PR yang harus diatasi oleh para pelaku pariwisata, salah satunya, terkait data bahwa 75 persen wisatawan nusantara masih suka berwisata dengan menggunakan kendaraan pribadi. Hanya sekitar 12,3 persen di antaranya yang menggunakan jasa travel agent," jelas Marhen.
Ini menjadi catatan bagi para pelaku wisata agar dapat meningkatkan kualitas pelayanannya, dan menciptakan berbagai kerja sama dengan para penyedia jasa transportasi. Selain itu, pihaknya juga menekankan, agar aspek keselamatan (safety) harus terus dijaga dalam pelaksanaan kegiatan wisata dengan moda transportasi jarak jauh.
Tantangan lainnya, Kemenparekraf RI turut menyoroti harga tiket pesawat rute domestik yang masih terbilang mahal. Contohnya, harga tiket pesawat rute Papua ke Kepulauan Riau, bisa mencapai Rp 7 juta; Jakarta ke Denpasar bisa mencapai Rp 2,5 juta. Harga ini lebih mahal dibandingkan tarif pesawat dari Singapura ke kota-kota besar di Indonesia.
Baca juga: Asita Gelar Musyawarah Nasional ke-13 di Kota Batam, Dorong Pariwisata Berkualitas
Setelah ditelurusi lebih jauh, lebih mahalnya harga tiket pesawat domestik 40 persennya disebabkan harga bahan bakar Avtur yang lebih mahal dibandingkan di negara lain. Jika dibandingkan dengan Dubai, harga Avtur di Indonesia lebih mahal sekitar Rp 7 ribu, dan dibandingkan di Singapura, harga Avtur Indonesia lebih mahal sekitar Rp 4 ribu.
"Kami sudah berkomunikasi dengan jajaran Pertamina, agar bagaimana harga Avtur kita bisa ditekan. Sebab, sangat disayangkan, hanya sekitar 9 persen masyarakat yang memilih naik pesawat terbang, selama tahun 2023 lalu, atau jumlahnya sekitar 80,1 juta penumpang," tambah Marhen.
Selain pesawat, ia juga mendorong kerja sama pelaku pariwisata dengan moda transportasi lainnya, contohnya seperti kerja sama Kemenparekraf RI dan Asita, bersama PT Kereta Api Indonesia (KAI). Dari kerja sama tersebut dapat ditawarkan paket-paket wisata menggunakan moda transportasi kereta api dengan diskon sampai 30 persen.
"Mari kita terus bernovasi membuat paket-paket wisata yang menarik dan kreatif," imbau Marhen kepada para pelaku wisata.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kepri Guntur Sakti mengatakan, kondisi pariwisata di Kepri saat ini masih fluktuasi di awal tahun 2024 pasca pandemi COVID-19.
Namun ia tetap optimistis pariwisata Kepri akan terus meningkat dan jadi salah satu penopang perekonomian daerah.