MATA LOKAL CORNER

Pemilih Batam Target di Pilkada Kepri 2024, Dosen Fisip UMRAH Ungkap Anomali

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Partai NasDem disebut-sebut masih punya pengaruh kuat untuk mendulan suara di Pilkada Kepri 2024.

Selain pengaruh dua periode Muhamamad Rudi sebagai Walikota Batam, perolehan kursi Partai NasDem di DPRD Batam disebut-sebut jadi pertimbangan utama.

Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan, FISIP Umrah, Bismar Arianto punya pendapat sendiri terkait itu.

Menurutnya, pemilih Batam agak sulit dibaca jika dilihat dari figurnya saja.

"Tidak serta merta figur atau tokoh yang kuat di Batam dia akan menang," kata Bismar dalam program Mata Lokal Corner (MLC) Tribun Batam, Kamis (16/5/2024).

Menurutnya, pencalonan Muhammad Rudi di Pilgub Kepri 2024 masih sangat dinamis.

Karena proses pemenangan Pilkada Kepri 2024 tidak hanya berbicara terhadap soal Batam saja.

"Betul Batam adalah pertempuran. Itu sebab jumlah pemilihnya 56 persen dari DPT Kepri," jelasnya.

Hal lain kenapa Batam jadi perhatian politisi itu sebab calon kepala daerah selama di Kepri sebagian besar asalnya dari Batam.

Termasuk Batam merupakan daerah yang mudah diakses.

Konsekuensinya adalah biaya politiknya lebih murah.

Sehingga wajar dalam sejarah Pilkada Kepri, Batam masih jadi arena pertarungan.

Baca juga: Batam Target Paslon Pilkada Kepri 2024, Dosen FKIP UMRAH Robby Patria Buka Suara

Apabila dilihat dari anomali politik di Kepri sudah kerap terjadi.

"Jika kita buka statistik di Kepri, anomali tidak hanya di tahun 2020," bebernya.

Anomali juga terjadi pada tahun 2015 dimana calon Gubernur yang menang saat itu bukan berasal dari Batam.

"Pak Sani dan Pak Nurdin jika kita lihat asalnya adalah dari Karimun," ungkapnya.

Anomali yang sama menurutnya terjadi pada tahun 2010.

Dimana yang menang saat itu adalah Muhammad Sani dan Soerya Respationo.

Baca juga: BREAKING NEWS - Amsakar Achmad Susul Marlin Agustina Kembalikan Formulir ke Rumah PAN

Gubernur Kepri yang berasal dari Batam adalah pada tahun 2005.

"Poin yang ingin saya sampaikan adalah ketika kita baca statistik Pemilu itu maka, boleh kita katakan pemilih di Batam itu adalah rasional," ungkapnya.

Apakah ada relefansi figur tertentu terhadap figur yang lain, dari tingkat Kabupaten Kota.

Dia mengakui bahwa itu tidak sepenuhnya terjadi karena, suara Ansar -Marlin hanya mendapatkan 30 persen di Batam.

Jika dibandingkan dengan suara Rudi dan Amsakar yang hanya 41 persen.

"Poinnya adalah tidak linier. Karena pemilih di Batam rasional. Kenapa hal itu terjadi yang pertama adalah latar belakang pendidikannya, kedua gampang diakses dan calon dari Batam," tuturnya. (TribunBatam.id/Ronnye Lodo Laleng)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News

Berita Terkini