TRIBUNBATAM.id, BATAM - Agen operator kapal ferry penyeberangan Batam - Singapura membeberkan komponen biaya operasional dan biaya lainnya yang membentuk tarif kapal ferry saat ini.
Dalam Forum Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Agen Majestic Fast Ferry, Victor, menegaskan, pihaknya belum menaikkan tarif ferry lagi setelah tahun 2022.
Pasca pandemi Covid-19, operator kapal memang menaikkan harga tiket ferry menjadi USD 76 atau Rp 760 ribu (PP).
"Setelah itu, sampai saat ini, kami tidak pernah menaikkan tarif lagi," tegas Victor, pada Selasa (11/6/2024).
Ia menjelaskan, kenaikan tarif ferry beberapa tahun lalu itu disebabkan naiknya seaport tax baik di pelabuhan Singapura maupun Indonesia, Batam.
Di Singapura, seaport tax naik dari SGD 7 menjadi SGD 10, sedangkan di Batam seaport tax naik dari Rp 65 ribu menjadi Rp 100 ribu.
Selain seaport tax, komponen lainnya terdiri dari biaya agen pelayaran di Pelabuhan Batam sekitar Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu.
Baca juga: KPPU Hari Ini Bahas Penyesuaian Tarif Kapal Ferry Batam ke Singapura dengan Kadin dan Pihak Terkait
Jika dihitung, menurut Victor, tarif tiket one way menjadi kurang lebih Rp 240 ribu sampai Rp 240 ribu.
"Ini belum termasuk beban operasional di Singapura, bahan bakar minyak, spare part, dan lain sebagainya," tambah Victor.
Di tahun 2022 saat itu, harga minyak dunia melonjak sekitar Rp 16 ribu.
Meski saat ini sudah cenderung turun, tetapi perusahaan ferry masih belum dapat menurunkan tarif kapalnya.
Sebab, ada komponen biaya lainnya yang meningkat, yaitu spare part yang harganya sudah melonjak sejak dari produsen di luar negeri, misalnya plat aluminium, besi, dan lainnya.
"Kenaikan harganya cukup signifikan. Dengan investasi sebesar ini, kami bisa bilang ini sebenarnya bukan bisnis yang sangat menguntungkan," nilai Victor.
Di sisi lain, okupansi kapal ferry saat ini tidak sebanyak sebelum pandemi.
Di tahun 2019, satu kapal ferry Majestic (Batam Center - Harbour Front) dapat mengangkut rata-rata 120 penumpang sekali trip; sekarang, hanya sekitar 75 penumpang per trip.
Kemudian, kapal dari Sekupang sebelumnya bisa mengangkut rata-rata 70 penumpang per trip, dan kini hanya 29 penumpang per trip.
"Kalau dibandingkan dengan ke Malaysia tentu beban operasional dan nilai investasi kapal jauh berbeda. Makanya pelayaran ke Malaysia hanya naik sedikit," tambah Victor. (*)
(TRIBUNBATAM.id/Hening Sekar Utami)