Pembunuhan Ibu Kos di Medan

4 Fakta Pembunuhan Ibu Kos di Medan: Mulai Motif Tak Logis hingga Profesi Abun Jadi Tukang Tipu

Editor: Khistian Tauqid
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tampang Johanes Tambun Eugene alias Abun, saat dihadirkan oleh petugas di lokasi kejadian, Jalan Badak, Kecamatan Medan Area. Abun adalah pelaku pembunuhan terhadap Netty yang merupakan ibu kosannya, Senin (18/11/2024).

"Motifnya sangat tidak logis, hanya gara-gara meminjam uang dan tidak diberikan, tersangka tega menghabisi nyawa orang lain," pungkasnya. 

Kapolsek Medan Area, Kompol Hendrik Fernandes Aritonang (kanan), menenangkan situasi saat pelaku pembunuhan nyaris dihajar keluarga korban di lokasi kejadian, Jalan Badak, Kecamatan Medan Area, Senin (18/11/2024). (TRIBUN MEDAN/ALFIANSYAH)

Baca juga: Abun Sudah Rencanakan Pembunuhan Ibu Kos di Medan, Polisi Sampai Heran dengan Motif Pelaku

Keluarga Netty Murka saat Abun Datang ke TKP

Kekesalan tentu dirasakan keluarga karena Abun sering dibantu selama tinggal di tempat kos milik Netty.

Saking kesalnya keluarga Netty mengamuk saat Abun didatangkan pihak kepolisian di tempat kejadian perkara (TKP), pada Senin (18/11/2024).

Puluhan warga dan keluarga korban sudah menantikan kedatangan pelaku.

Saat diturunkan dari dalam mobil, dan didudukan ke kursi roda korban disambut dengan teriakan para warga dan keluarga korban.

Beberapa keluarga korban langsung menghampiri pelaku yang ketika itu diboyong menggunakan kursi roda dan langsung memukul kepala pelaku.

"Binatang kamu," teriak histeris seorang wanita sambil memukul pelaku.

Kapolsek Medan Area, Kompol Hendrik Fernandes Aritonang sempat panik dan mencoba menenangkan situasi.

"Saya minta nggak ada yang melakukan apapun ya. Saya minta kepada masyarakat kita mau rilis, jangan ada ngapa-ngapain," kata Hendrik.

Kemudian, Hendrik pun langsung mengambil mic dan memberikan pengumuman kepada warga agar tetap tenang.

Sosok Abun

Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Gidion Arief Setyawan mengatakan pelaku telah tinggal di kosan korban selama lima tahun.

Katanya, profesi pelaku adalah sebagai penggalang dana sosial. Selain itu juga, pelaku ini memiliki hobi naik gunung.

"Tidak ada profesi yang tetap. Dia mendapatkan atau mencari hidupnya (uang) dengan nokoh (nipu), collecting dana sosial dengan menggunakan nama gerakan aksi sosial. Dia meng-collect itu kemudian sebagain dikasih ke dana sosial, sebagian ia nikmati sendiri," kata Gidion.

Halaman
123

Berita Terkini