"Sekarang akun saya sudah di-suspend, untuk bisa makan, saya mungut sampah. Kadang sehari saya cuman dapat Rp 5.000, itu cuman saya beli sayur, nasinya saya masak," lanjutnya.
Rosdewi kini memungut sampah dan barang rongsokan untuk dijual kembali ke pengepul. Ia juga berharap pihak Grab lebih bijaksana dalam menyikapi kasus yang menimpanya.
"Pihak Grab tolonglah bijaksana, gak semua itu salah driver," ujarnya.
Rosdewi hidup sendiri. Suaminya pergi, sementara anaknya berada di panti asuhan. Ia mengaku hanya ingin mencari nafkah secara jujur, namun nasib berkata lain.
Kronologi cekcok hingga viral
Keributan itu bermula ketika Rosdewi menerima pesanan Ayam Bakar Rempah Madu atas nama konsumen Alika Alihandra, di Perumahan Vila Kenali, Kota Jambi.
Ia membawa dua pesanan dari konsumen berbeda dan memilih mengantar milik Alika terlebih dahulu.
"Saya bawa dua pesanan makanan, waktu itu, saya dahulukan pesanan dia ini (Alika) karena dia yang pesan duluan," kata Rosdewi.
Setelah menyerahkan makanan, ia menunggu pembayaran via aplikasi Quris. Namun, notifikasi pembayaran tak kunjung muncul. Konsumen mengaku telah memfoto barcode untuk dikirim ke orang lain guna membayar.
"Awalnya dia scan barcode di aplikasi saya, ternyata dia cuman fotoin. Terus dia bilang 'Yo tunggu, saya kirim ke WA orang ni, QR mbak ni'," ungkapnya.
Setelah menunggu 30 menit dan pembayaran belum diterima, Rosdewi meminta agar pembayaran dilakukan secara tunai karena ia masih harus mengantar pesanan lain.
"Tapi dia bilang, 'tunggu bentar, ini mami saya, mamin' katanya gitu. Tapi saya kan masih ditunggu konsumen lain, saya bilang, kalau bisa bayar pakai tunai aja, takut saya dikomplain," katanya.
Ia kembali ke rumah konsumen usai mengantar pesanan kedua.
Namun, ketika meminta pembayaran, konsumen tak kunjung keluar. Ketegangan pun memuncak.
"Saya bilang, saya ini cuman cari makan, bayar tunai saja emangnya kenapa?," ujarnya.