"Di TPA aja truk kadang harus antre untuk nurunin sampah, beko juga ada rusak, jadi giliran," ucapnya dengan senyum getir.
Di balik kerasnya pekerjaan, ia digaji Rp 3,5 juta per bulan. Ia bersyukur, tapi berharap bisa lebih layak.
"Kalau bisa sih harapannya ya naik, setidaknya UMK lah."
"Tapi yang paling kami harap itu gaji tepat waktu. Kadang lambat juga 3-4 hari."
"Tapi kadang ya tanggal 18 gajian, bulan depan bisa tanggal 28."
"Itu yang kadang bikin kelabakan untuk cicilan, belanja, uang sekolah anak itu," tuturnya.
Keterlambatan gaji, menurutnya, berdampak langsung ke kebutuhan harian.
"Bayar listrik, air, beras, semua nunggu itu. Jadi kalau lambat, ya bingung juga," tambahnya.
Meski begitu, ia tetap bertahan. Menjalani pekerjaan yang bau dan kotor dengan kepala tegak, demi keluarga di rumah.
"Kalau bukan karena anak istri, siapa juga yang kuat angkut sampah tiap hari," tutupnya sambil menaikkan kantong besar ke bak truk.
( tribunbatam.id/ucik suwaibah )