Pembunuhan Dea Permata Karisma

Sadisnya Pelaku Pembunuhan Dea Permata Kharisma, ART yang Sudah Dianggap Keluarga Oleh Majikannya

Editor: Eko Setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PEMBUNUHAN WANITA TRAGIS - Kolase foto Dea semasa hidup sebelum dibunuh dengan sangat tragis oleh pembantunya sendiri, Ade Mulyana pada Selasa, 12 Agustus 2025.

TRIBUNBATAM.id - Kepercayaan yang dibangun bertahun-tahun runtuh seketika. Dea Permata Kharisma (35) ditemukan tewas bersimbah darah di rumahnya di Komplek PJT II, Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Selasa (12/8/2025).

Lebih memilukan, pelaku yang diduga menghabisi nyawanya adalah orang yang selama ini ia percayai asisten rumah tangga (ART) sendiri, Ade Mulyana.

Suami korban, Fery, masih tak percaya jika Ade, pria yang sudah dianggap seperti keluarga, tega melakukan aksi keji tersebut.

“Ade itu kerja sama kami sudah lama. Awalnya bersama ibunya yang sudah puluhan tahun jadi ART. Setahun terakhir dia kerja sendiri, karena istriku butuh tenaga laki-laki untuk bantu angkut barang dagangan,” ungkap Fery saat ditemui di rumah duka di Perum POJ Sadang, Desa Cisereuh, Kamis (14/8/2025).

Dea sendiri dikenal sebagai pedagang makanan yang kerap mengikuti bazar. Ade kerap diajak membantu menyiapkan dan mengangkut barang-barang berat. Kepercayaan itu membuat Dea tak segan meninggalkan rumah dalam pengawasan Ade.

Namun sejak Juli 2025, ancaman mulai menghantui. Lewat pesan WhatsApp, seseorang mengintimidasi Dea.

Bahkan Ade pernah mengaku melihat orang asing memantau rumah, hingga kejar-kejaran dengan golok. Fery pun sempat berkoordinasi dengan Bhabinkamtibmas, meski belum membuat laporan resmi.

Untuk mengantisipasi, Fery memasang CCTV pada 5 Agustus 2025.

Setelah itu, ancaman pun mendadak menghilang. Tapi ketenangan itu hanya sementara.

Siang nahas itu, Fery yang tengah bekerja menerima kabar dari Ade bahwa rumahnya “dikepung orang”. Ade bahkan menjemputnya ke kantor.

“Saya masih percaya saja. Tapi mulai curiga saat dia bilang istriku minta dibelikan susu, padahal istriku itu tidak suka susu. Kalau kopi, iya,” tutur Fery.

Sesampainya di rumah, Fery menemukan pemandangan mengerikan. Istrinya tergeletak di lantai, bersimbah darah, tubuh tertutup selimut dari kepala hingga kaki.

“Wajahnya sudah tak bisa dikenali,” ucapnya dengan suara bergetar.

Kini, Ade Mulyana telah diamankan Satreskrim Polres Purwakarta. Polisi masih menyelidiki motif pembunuhan yang menggemparkan warga ini. Kepercayaan yang pernah diberikan keluarga Dea, kini berbalas tragedi berdarah di rumah sendiri.

Klarifikasi Polres Purwakarta 

Kasi Humas Polres Purwakarta, AKP Enjang Sukandi, menyebutkan pihak Satreskrim Polres Purwakarta telah bergerak cepat mengamankan terduga pelaku dalam waktu kurang dari 24 jam.

"Pelaku saat ini berhasil diamankan di wilayah Jatiluhur dan sedang diperiksa oleh penyidik Polres Purwakarta," kata Enjang.

Mengenai kabar polisi mengabaikan ancaman yang diterima Dea sebelum kematiannya, Enjang membantah. 

Ia menjelaskan korban pertama kali menyampaikan ancaman tersebut kepada anggota bhabinkamtibmas saat menghadiri sebuah acara bersama suaminya.

"Jadi bukan membuat laporan, tapi korban sempat konsultasi ke Pak Babin pada bulan Juli 2025 kemarin. Dia bertanya soal ancaman yang diterimanya, dan dari situ mulai ditindaklanjuti," ujar Enjang saat dikonfirmasi Tribunjabar.id, Rabu (13/8/2025).

Menurutnya, korban saat itu belum membuat laporan polisi secara resmi karena masih mengumpulkan bukti, salah satunya berupa tangkapan layar ancaman yang dikirim melalui WhatsApp.

"Laporan resmi memang belum dibuat saat itu, karena polisi perlu bukti. Kalau ancamannya sudah ada dan bisa ditunjukkan, baru bisa diproses," tambahnya.

Namun, pernyataan ini sedikit berbeda dengan yang disampaikan ibu korban, Yuli Ismawati (55). 

Yuli mengaku putrinya sudah lebih dulu melaporkan ancaman teror yang dialaminya ke pihak kepolisian, namun tidak mendapat tindak lanjut.

Menurut Yuli, sang anak sempat bercerita bahwa ada nomor asing yang mengirim ancaman pembunuhan melalui WhatsApp.

"Sudah kami laporkan ke babinsa, bahkan sampai ke Polsek Jatiluhur, tapi enggak ada yang datang," kata Yuli.

Siasat licik Ade Mulyana

Dea diketahui sempat keluar rumah belanja sayur pada pukul 10.00 WIB. 

‎"Tadi sekitar pukul 10.00 WIB, saya mau beli sayur. Bu Dea juga keluar, kayaknya mau belanja. pukul 11.00 WIB, kami pulang hampir bersamaan," ujar Salbiah.

‎Pada saat membeli sayur bersama tetangganya, Dea terlihat normal.

"Saya sempat sapa dia yang lagi makan. Dia bilang buru-buru karena mau hujan dan jemurannya banyak," ujar Salbiah.

‎Tak disangka, beberapa jam kemudian, pembantu Dea, Ade Mulyana berlari ketakutan sambil berteriak.

"Ibu-ibu, Bu Dea dibunuh," kata Salbiah menirukan pembantu korban.

‎Salbiah dan warga lain langsung bergegas ke rumah Dea.

"Saya mau masuk, tapi di depan pintu ke dapur sudah ada jejak darah. Saya enggak berani lanjut, takut," katanya.

‎"Kayak bekas kaki habis menginjak darah," ucapnya.

‎Ia menyebutkan, kejadian terungkap ketika pembantu Dea pulang dari warung sekitar jam 13.00 WIB.

‎"Dia disuruh beli minuman. Pas balik, langsung nemuin Bu Dea sudah tidak bernyawa," kata Salbiah. 
‎Dea disebut Salbiah tinggal berdua dengan pembantunya saat kejadian. 

Siapa yang menyangka bahwa pembantu Dea bernama Ade Mulyana tersebut hanyalah bersandiwara. 

Saat itu, Ade Mulyana berpura-pura kaget dan memberi tahu tetangga korban bila majikannya sudah tak bernyawa.

Sosok Dea 

Inilah sosok Dea Permata Kharisma (27), warga Komplek Perumahan PJT II, Blok D, Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta yang bernasib tragis. 

Dirinya ditemukan tewas dalam kondisi bersimbah darah oleh pembantunya selepas pulang dari warung pada Selasa (12/8/2025) sekitar pukul 13.30 WIB.

Sukarno (65) ayah Dea Permata mengatakan sebelum putrinya ditemukan tewas, korban sempat mendapatkan teror dari seseorang.

Teror yang dialami Dea Permata bermacam-macam, mulai rumahnya dilempar cat hingga kedatangan orang yang memberi ancaman.

‎"Sempat cerita, rumah tuh dilempari cat, kemudian juga orang yang mengancam itu pernah masuk ke dalam rumah juga," kata Sukarno di lokasi kejadian.

‎Selain ancaman, Sukarno mengatakan, anaknya juga diancam pembunuhan melalui pesan singkat WhatsApp.

Hal senada diungkapkan ibu korban, Yuli Ismawati (55).

‎Ia mengaku bahwa putrinya sudah lebih dulu melaporkan ancaman teror yang dialaminya ke pihak kepolisian, namun tidak mendapat tindak lanjut.

‎Yuli mengatakan bahwa sang anak sempat bercerita bahwa ada nomor asing yang melakukan ancaman pembunuhan melalui WhatsApp.

‎"Sudah kami laporkan ke Babinsa, bahkan sampai ke Polsek Jatiluhur. Tapi engga ada yang datang," kata Yuli.

Padahal selama ini Dea, dikenal sebagai pribadi yang tak hanya cerdas, tapi juga ulet dan penuh semangat.

‎Sosoknya yang sederhana dan ceria masih begitu jelas di ingatan sang ibu, Yuli Ismawati (55), yang menceritakan keseharian putrinya dengan penuh kebanggaan dan haru.

‎"Sehari-harinya ya ibu rumah tangga, terus dia ada kegiatan usahanya, jualan makanan, dimsum," kata Yuli saat ditemui di kediamannya di Perum POJ Sadang, Desa Cisereuh, Kecamatan/Kabupaten Purwakarta, Rabu (13/8/2025).

‎Dea memang dikenal memiliki jiwa kewirausahaan. Di sela-sela kesibukannya sebagai ibu rumah tangga kuliah, ia tetap menyempatkan diri mengelola usaha kecil-kecilan yang ia rintis sendiri.

‎Setiap pagi, kata Yuli, Dea rutin mengantar dagangan dimsumnya ke tenant miliknya di sekitar kampus Politeknis Bisnis (Polbis) Purwakarta. Jika tidak ada pegawai yang membantu, ia sendiri yang berjaga dari pagi hingga sore hari.

‎"Dia dari pagi berangkat ke Polbis bawa dagangannya, pulangnya baru tutup usaha. Kalau ada pegawainya, dia arahin dulu, terus pulang ke rumah, bantuin di rumah, nyiapin sarapan suaminya, nyuci, nyetrika, ya biasa ibu rumah tangga," kata Yuli.

‎Namun lebih dari itu, Yuli menekankan bahwa yang paling melekat dari sosok Dea adalah kepribadiannya yang hangat dan tanpa prasangka.

‎"Anakku itu periang, ramah, dan enggak pernah punya rasa jelek ke orang. Dia engga pernah suudzon, bahkan ke orang yang mungkin menyakitinya pun engga," ucapnya lirih, suara sang ibu bergetar menahan emosi.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunbengkulu.com

Berita Terkini