PROGRAM MBG

Sekda Bintan Datangi SPPG Sei Lekop, Pastikan Kualitas Program MBG Setelah Temuan Ulat di Beras

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bintan, Ronny Kartika mendatangi SPPG di Sei Lekop, pastikan kualitas program MBG setelah temuan ulat.

Dok Diskominfo Bintan untuk Tribun Batam
PROGRAM MBG DI BINTAN - Sekretaris Daerah (Sekda) Bintan, Ronny Kartika memantau dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) RW 002, Kelurahan Sei Lekop, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Kamis (6/11/2025). 

TRIBUNBATAM.id, BINTAN - Temuan ulat dalam beras Harumas di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kelurahan Sei Lekop, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sampai ke telinga Pemkab Bintan. 

Ulat tersebut pertama kali ditemukan petugas SPPG di sana.

Untuk memastikan hal itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Bintan, Ronny Kartika mendatangi SPPG tersebut. 

Peninjauan ini bertujuan memastikan pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) berjalan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).

Serta menjaga mutu dan higienitas makanan yang disajikan kepada siswa penerima manfaat.

Sekda Bintan menekankan pentingnya pengawasan mutu (quality control) di setiap proses penyediaan bahan makanan.

Ia meminta seluruh pengelola SPPG untuk memastikan bahan pangan yang digunakan benar-benar memenuhi standar kelayakan.

“Quality control harus benar-benar dijaga dan ditonjolkan. Kalau ada bahan dari suplier yang tidak sesuai standar, harus segera direject, jangan digunakan” tegas Ronny, Kamis (6/11/2025).

Ronny Kartika menyoroti sarana pendukung yang perlu mendapat perhatian, seperti tempat pencucian alat makan yang masih berada di luar area dapur utama. 

Ia berharap agar fasilitas tersebut dapat segera diperbaiki atau dipindahkan ke lokasi yang lebih sesuai guna menjaga kebersihan dan efisiensi kerja.

Sekda Bintan menambahkan bahwa pengelolaan limbah hasil olahan makanan harus menjadi perhatian utama agar tidak menimbulkan dampak lingkungan.

“Pengolahan limbah juga harus diperhatikan dengan serius," katanya.

Jangan sampai sisa makanan atau air bekas cucian mencemari lingkungan sekitar. 

Semuanya harus dikelola dengan baik dan sesuai standar kebersihan.

"Kami rekomendasikan langsung untuk berkolaborasi dan libatkan DLH serta Dinkes, jadi bisa sesuai standar semua” jelasnya.

Menanggapi isu yang sempat beredar sebelumnya (terkait beras berulat), Sekda menegaskan bahwa permasalahan tersebut murni berasal dari kesalahan pihak suplier dan kini telah diselesaikan dengan baik.

Berdasarkan hasil pemantauan beberapa hari terakhir, pelaksanaan MBG di SPPG Berkah Sejahtera sudah berjalan sesuai SOP dan menunjukkan peningkatan positif.

Sekda Bintan menyampaikan apresiasi atas komitmen pengelola SPPG yang telah bekerja dengan baik, serta mengingatkan agar semangat menjaga mutu dan kebersihan terus dijaga di seluruh satuan kerja.

“Kami ingin seluruh SPPG di Bintan terus menjaga standar kualitas, higienitas, dan pengelolaan limbah dengan baik," kata dia.

VIRAL di Medsos

Sebelumnya, video penemuan ulat di dalam beras premium merek Harumas tengah viral di media sosial (medsos).

Ulat tersebut pertama kali diketahui oleh pekerja Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kelurahan Sei Lekop, Kecamatan Bintan Timur.

Kala itu mereka sedang membersihkan beras untuk program makan bergizi gratis (MBG) di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri).

Peristiwa ini dibenarkan Kepala Kelompok Makan Bergizi Gratis (MBG) Kecamatan Bintan Timur, Prayogo.

Dia menyampaikan, Peristiwa itu diketahui setelah pekerja mengecek beras yang baru datang di dapur SPPG Sei Lekop. 

"Pekerja kaget setelah menemukan ulat di dalam karung beras, lalu lapor ke kami," ujarnya.

Untuk memastikan beras yang lain, mereka kemudian membuka karung beras lainnya. 

"Ada beberapa karung yang juga kami buka. Namun hanya satu karung beras saja yang ditemukan ada Ulat," akunya. 

Pihaknya lalu mengambil langkah tegas dengan merekomendasikan penggantian beras yang telah terkontaminasi ulat tersebut. 

Petugas pun kembali melakukan pengecekan ulang untuk memastikan tidak ada lagi ulat di dalam beras yang baru. 

Dirinya menegaskan kejadian seperti ini tidak bisa ditolerir karena berkaitan kualitas bahan pangan yang digunakan untuk program MBG.

Kejadian ini membuat sejumlah orangtua wali murid merasa cemas.

Mereka meminta petugas SPPG lebih teliti lagi sebelum masak.

"Beruntung petugas cepat mengetahui ulat ini. Jika petugas kemarin lalai, maka bisa saja penerima manfaat jadi korbannya," sebut Rahma, warga Bintan

Dia menyarankan ke petugas SPPG agar lebih seleksi memilih pemasok makanan ke SPPG Sei Lekop.

"Semoga tidak terulang kembali," harapnya. (TribunBatam.id/Ronnye Lodo Laleng)

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved