PEMBUNUHAN KARYAWATI PNM

Obrolan Terakhir Ibu Korban dengan Karyawati PNM sebelum Tewas Dibunuh di Pasangkayu

Riri lantas mengungkapkan perbincangan terakhirnya dengan putrinya pada Kamis (18/9/2025) pekan lalu. 

Editor: Khistian Tauqid
Tribun-Sulbar.com/Taufan
PEMBUNUHAN KARYAWATI PNM - Ibunda Hijrah, Riri (kiri) mengungkapkan terakhir kali berbicara dengan putrinya pada Kamis (18/9/2025) pekan lalu. Saat itu korban Hijrah mengatakan ingin diuruskan motor. 

TRIBUNBATAM.id - Keluarga masih merasakan kepedihan meninggalnya Hijrah (19) yang ditemukan tewas mengenaskan di kebun kelapa di Dusun Tanga-tanga, Desa Sarjo, Kecamatan Sarjo, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, pada Sabtu (20/9/2025) lalu.

Hijrah dihabisi oleh seorang petani bernama Risman (33) ketika korban sedang menagih angsuran pada istri pelaku.

Ibu Hijrah, Riri tak kuasa menahan kesedihan atas kepergian anaknya untuk selama-lamanya.

Riri lantas mengungkapkan perbincangan terakhirnya dengan putrinya pada Kamis (18/9/2025) pekan lalu. 

Ternyata Hijrah sempat menelpon ibunya, meminta agar diuruskan uang untuk mengeluarkan motor.

“Tidak ada tanda-tanda aneh. Dia cuma bilang soal motor dan pergi kerja seperti biasa,” ujar Riri, ditemui di rumah duka, Senin (22/9/2025).

Dengan suara bergetar, Riri teringat momen mengantar Hijrah ke kantor pekan lalu. 

“Dia sempat bertanya kapan saya kembali ke Pantai Timur. Saya cuma bilang hati-hati di jalan,” tambah Riri sambil menahan duka.

Riri mengaku mendapatkan kabar hilangnya Hijrah dari teman korban di Morowali sekira pukul 12.00 WITA.

Lalu kabar kehilangan Hijrah langsung disebar di media sosial hingga akhirnya warga sekitar turut mencari keberadaan korban.

Riri menegaskan, tidak ada firasat apa pun sebelumnya. 

“Hijrah memang jarang bicara, tapi dia anak yang baik,” ujarnya.

Tragisnya, jasad Hijrah ditemukan pada Sabtu (20/9/2025) pagi dengan kondisi mengenaskan, hanya mengenakan pakaian dalam, kain terikat di leher, serta luka di kaki. 

Pelaku, Risman (33), telah ditetapkan sebagai tersangka. Polisi menyebut, terjadi adu mulut dalam perjalanan, hingga Risman kalap dan menganiaya korban sampai meregang nyawa, bahkan melepas celana korban sebelum meninggalkannya di lokasi kejadian.

Riri berharap pelaku dihukum setimpal. 

“Yang saya inginkan cuma keadilan untuk Hijrah. Semoga tidak ada keluarga lain yang mengalami hal seperti ini,” ujarnya.

SANTUNAN PNM-Suasana rumah duka Hijrah di Desa Sarjo, Kecamatan Sarjo, Pasangkayu, Senin (22/9/2025). Keluarga dan kerabat berkumpul untuk tahlilan dan memberikan penghormatan terakhir, sementara PNM Mekar turut mendukung dengan membiayai seluruh kebutuhan tahlilan selama tujuh hari.
SANTUNAN PNM-Suasana rumah duka Hijrah di Desa Sarjo, Kecamatan Sarjo, Pasangkayu, Senin (22/9/2025). Keluarga dan kerabat berkumpul untuk tahlilan dan memberikan penghormatan terakhir, sementara PNM Mekar turut mendukung dengan membiayai seluruh kebutuhan tahlilan selama tujuh hari. (Tribun-Sulbar.com/Taufan)

Baca juga: Sang Nenek Tak Sadar Karyawati PNM Tewas Dibunuh Nasabah di Pasangkayu, Masih Panggil Nama Cucunya

Uang Santunan

Perusahaan koperasi tempat Hijrah bekerja memberi santunan Rp50 juta kepada keluarga Hijrah di Desa Maponu, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat.

Hijrah sebelumnya ditemukan tewas di kebun kelapa Dusun Tanga-tanga, Desa Sarjo, Kecamatan Sarjo, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat pada Sabtu (20/9/2025) lalu, setelah tewas dibunuh Risman, suami nasabah koperasi tempatnya bekerja.

Keluarga korban menyebut, koperasi yang berada di Bawah naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut menyerahkan santunan Rp50 juta di luar asuransi.

Selain itu, gaji Hijrah bulan ini tetap dibayarkan penuh, dan uang nombok yang menjadi tanggungan korban turut diganti sepenuhnya. 

Selain itu, manfaat asuransi untuk korban juga dicairkan sebesar Rp100 juta.

“Semua sudah diurus oleh PNM. Gaji bulan ini utuh, uang tombok diganti, dan santunan juga sudah diberikan,” kata paman korban saat ditemui di rumah duka, Senin (22/9/2025).

Tidak hanya itu, PNM juga membiayai seluruh kebutuhan tahlilan selama tujuh hari untuk mendoakan almarhumah. 

Menurut keluarga, dukungan ini sedikit meringankan beban mereka di tengah duka yang mendalam.

“Keadaan keluarga sangat terpukul. Kehilangan ini sangat berat, tapi kami bersyukur pihak perusahaan memberikan bantuan yang maksimal,” tambah paman korban.

(TribunBatam.id)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News

Artikel ini telah tayang di Tribunsulbar.com dengan judul "CERITA Riri Ibu Hijrah Terakhir Komunikasi Kamis, Titip Pesan Diuruskan Motor Sebelum Pergi Bekerja"

Sumber: Tribun sulbar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved