Musabaqah Tilawatil Quran 2014
Kisah Masjid Haji Abdul Gani, Masjid Tertua di Kabupaten Karimun
Masjid Abdul Gani adalah masjid tertua di Karimun dan tertua kedua di Provinsi Kepulauan Riau, setelah Masjid Penyengat di Tanjung Pinang.
KARIMUN, TRIBUN - Kabupaten Karimun Provinsi Kepualauan Riau memiliki peninggalan bersejarah yang cukup penting. Adalah Masjid Haji Abdul Ghani yang berada di Kecamatan Buru.
Menurut catatan sejarah, masjid ini merupakan masjid tertua yang ada di Kabupaten Karimun dan tertua kedua di Provinsi Kepulauan Riau, setelah Masjid Penyengat di Tanjung Pinang.
Masjid ini dinama sesuai dengan nama raja yang membangunnya kala itu, Raja Abdul Ghani bin Raja Idris bin Raja Haji Fisabilillah ini.
Seorang amir pertama di daerah ini pernah mencatat, masjid dibangun pertengahan abad ke-19, atau pada masa kerajaan Riau-Lingga.
Tepatnya, pada masa pemerintahan Sultan Abdul Rahman sekitar tahun 1883-1911. Luas masjid ini berukuran 8 meter x 15 meter yang dominasi warga kuning sejak awalnya.
Arsitektur masjid ini memiliki kubah yang disanggah dengan empat tiang yang tingginya sekitar lima meter.
Masjid ini mampu menampung jamaah sekitar seratus orang dan masih dimanfaatkan warga sekitar untuk kegiatan keagamaan pada umumnya.
Menurut tetua di Kecamatan Buru, konon arsitekturnya dibangun oleh seorang Tionghoa. Ini dikuatkan dengan juga berdirinya sebuah kelenteng yang letaknya tidak jauh dari masjid tersebut.
Bentuk menara yang berbentuk kerucut yang sepintas mirip dengan ruang pembakaran hio yang ada di kelenteng, juga menguatkan pernyataan tersebut.
Selain terihat dari kubahnya yang menyerupai ruang pembakaran hio, lubang ventilasi yang terbuat dari batu giok warna buru dan berukuran khas negeri Tiongkok, juga menjadi buktinya.
Teras dan atapnya yang hingga sekarang masih dipertahankan bentuk keasliannya juga mencirikan kekhasan negeri tirai bambu.
Camat Buru, Irwan Dinovri mengatakan masjid yang salah satu destinasi wisata religi itu hingga sekarang masih tetap dipertahankan keasliannya.
Selain dijaga keasliannya, di dekat lokasi masjid ini juga masih menyimpan peninggalan zaman dahulu seperti meriam tua dan lonceng yang berasal dari Spanyol.
Air Tempat Wudhu Tak Pernah Kering
Keunikan masjid tertua di Kabupaten Karimun, Masjid Haji Abdul Gani yang terletak di Kecamatan Buru tak hanya terletak dari keindahan arsitekturnya.
Keunikan juga terlihat dari kekokohan masjid yang dibangun sekitar 1883-1911, atau pada masa kerajaan Riau-Lingga.
“Setelah diteliti, untuk merekatkan tembok-tembok yang ada di sekeliling masjid diduga kuat tidak menggunakan semen seperti bangunan sekarang.
Pada zaman itu menggunakan kuning telur. Makanya kekokohannya masih terjaga hingga saat ini,” ujar sumber Tribun yang menjadi tokoh masyarakat di lokasi masjid belum lama ini.
Corak dan warna masjid yang didominasi warna kuning dengan corak tambahan warna hijau masih dipertahankan hingga kini.
“Warna tembok masjid masih sesuai warna aslinya. Warna kuning itu ciri khas Melayu,” kata Camat Buru Irwan Dinovri.
Keberadaan sumur untuk mengambil air wudhu yang berada didepan masjid hingga kini masih berfungsi dan tetap dipertahankan bentuknya.
Konon, air untuk berwudhu di sini tidak pernah habis, bahkan meski masyarakat sekitar mengambilnya setiap hari.
“Ketika musim kemarau panjang pun air sumur itu tidak habis. Alhamdulillah, sumur ini juga membawa berkah bagi masyarakat Buru. Walaupun diambil tiap hari tetap airnya tak pernah kering dan tetap banyak,” jelas Irwan Dinovri.
Pintu masuk utama yang berbentuk lengkungan setinggi 2,3 meter dengan lebar 1,3 meter hingga saat ini juga masih berdiri kokoh dan berfungsi sebagamana mestinya.
Pintu-pintu lainnya yang terlihat lebih pendek juga tetap masih dipertahankan karena memang tidak pernah dilakukan renovasi apapun hingga sekarang.
Menara masjid setinggi 21 meter dan berdiameter 4 meter yang berdiri kokoh disamping kanan masjid langsung terlihat ketika Anda berkunjung atau melewati pulau Buru.
Masjid ini sudah dapat dilihat sebelum kapal merapat ke pelabuhan karena letaknya memang menghadap ke lautan dan dekat dengan bibir pantai.
“Saat peringatan hari-hari Islam, masjid ini ramai dikunjungi wisatawan. Baik lokal maupun mancanegara.
Selain bertujuan ziarah ke masjid, wisatawan juga biasanya ke tempat-tempat wisata lain yang ada di Pulau Buru ini seperti makam Badang, Perigi Batu dan pemandian air panas di Tanjungutan,” pungkasnya. (Tribun Batam/Muhammad Sarih)