Kelebihan Muatan, KM Trigas Tujuan Anambas Terpaksa Balik Arah ke Pelabuhan Tanjungpinang
Kapal Perintis KM Trigas terpaksa berbalik haluan kembali ke pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang, Jumat (18/3/2016) pagi.
BATAM.TRIBUNNEWS.COM,TANJUNGPINANG- Kapal Perintis KM Trigas terpaksa berbalik haluan kembali ke pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang, Jumat (18/3/2016) pagi.
Kapal yang hendak berlayar ke Anambas dan pulau terluar lainnya itu tidak bisa melanjutkan pelayarannya karena beban yang dibawanya melebihi daya angkutnya.
"Kapal Trigas berbalik arah. Karena beban yang dimuatnya melebihi daya angkutnya," ungkap Rian, seorang pekerja di pelabuhan Sri Bintan Pura.
Keputusan kapten KM Trigas untuk memutar haluan kapalnya kembali ke Tanjungpinang itu dibenarkan oleh Sutoyo, Kepala Pos Pelabuhan Domestik Sri Bintan Pura untuk penyeberangan antarpulau.
Kepada Tribun Batam, dia mengatakan bahwa KM Trigas memang kembali lagi karena tidak seimbang.
"Memang benar, kapal Trigas kembali lagi karena tidak 'balance' saat berlayar," ungkap Sutoyo.
Menurut Sutoyo, sebelum diberangkatkan, ke atas kapal tersebut sudah terlebih dahulu dimuatkan barang-barang yang hendak dibawa ke pulau-pulau terluar.
Setelah semua barang dimuat baru para penumpang disuruh naik ke atas kapal.
Pada saat itulah kondisi kapal diketahui tidak seimbang.
"Petugas kami memang ikut di dalam kapal. Biasanya setelah beberapa lama ikut berlayar baru petugas kami dijemput dengan speedboat," aku Sutoyo.
"Hari ini kapal sudah berlayar sampai ke pulau Sore. Karena petugas kami yang ikut di dalam kapal itu tahu bahwa kapal tidak seimbang maka dia suruh kapten kapal untuk putar haluan kembali ke Tanjungpinang. Kami selalu mengutamakan keselamatan," tambah Sutoyo lagi.
Setelah kapal tiba di perairan Tanjungpinang, di depan pelabuhan Sri Bintan Pura, terlibat beberapa anak buah kapal menurunkan sebagian barang.
Barang-barang tersebut dikaluarkan dari kapal sampai kondisi kapal benar-benar seimbang.
"Penumbang kali ini cukup banyak. Jadi sebagian barang diturunkan sampai kapal seimbang. Setelah itu baru kapal diizinkan berlayar lagi," tegas Sutoyo. (*)