TERUNGKAP! Batik Kepri Dijiplak Pabrik Tekstil. Ini yang Akan Dilakukan Noor Lizah Nurdin
Belum sempat motif batik itu diproduksi di Kepri, motif yang sama sudah beredar di pasaran. Bahkan, itu dilakukan oleh pabrik-pabrik tekstil
BATAM.TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Kepri Ny Hajjah Noor Lizah Nurdin gembira, batik kepri kini sudah diproduksi oleh pengrajin di Kepri.
Sebanyak 20 orang pengrajin, saat ini seedang dilatih untuk memproduksi batik khas lokal, termasuk sejumlah motif batik terbaru yang baru dibuat.
Ketua Umum Dekranasda Kepri, yang juga Istri Gubernur Kepri, Hj. Noor Lizah Nurdin, Senin (15/5/2017), meninjau langsung pengerjaan motif baru batik Kepri tersebut di lantai dasar Gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) Batam.
Noor Lizah yang didampingi Kabid Industri Kecil Menengah (IKM) Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kepri, Ria Wina bahkan sempat mencoba mempraktekkan cara mengerjakan batik cap.
Noorlizah juga melihat seluruh proses produksi para pengrajin, mulai dari membuat batik, mencelup kain batik dengan pewarna alami, proses merebus serta menjemur kain batik.
"Dari dulu saya berfikir, kenapa batik Kepri tidak kita produksi sendiri. Saat ini jalan itu sudah dimulai. Saya sangat mendukung sepenuhnya," ungkap Noor Lizah, seperti rilis Humas Pemprov Kepri.
Baca: Dekranasda Keluarkan Sejumlah Motif Baru Batik Kepri. Kini Sudah Diproduksi Sendiri
Dalam kesempatan itu, Noor Lizah juga langsung merespon beberapa kendala yang disampaikan tenaga pengajar membatik.
Salah satu keluhan yang muncul adalah soal penjiplakan motif batik Kepri oleh orang lain.
Bahkan, belum sempat motif batik itu diproduksi di Kepri, motif yang sama sudah beredar di pasaran. Bahkan, itu dilakukan oleh pabrik-pabrik tekstil berskala besar.
Noor Lizah terlihat kesal mendengar batik Kepri ini dijiplak pihak lain.

Menurut Noor Lizah, Dekranasda Kepri dan Pemprov Kepri akan segera mencari solusi terkait beredarnya jiplakan tersebut.
Dari diskusi, bocornya motif batik Kepri itu diduga saat memesan cetakan batik dari tembaga.
Alat pencetak batik cap itu memang dipesan di daerah Jawa dan setelah selesai, kemudian dikirim lagi ke Kepri untuk produksi kain batik.
"Kita di Kepri bahkan baru mau cetak. Di pasaran sudah beredar. Ini keterlaluan. Jalan keluarnya memang mengurus hak paten dan buat cetakan sendiri. Saya berjanji akan mencarikan jalan keluar masalah ini secepatnya,” kata Noor Lizah.