Halimah Yacob Jadi Presiden. Ratusan Warga Singapura Berencana Gelar Aksi Unjuk Rasa

Aksi langka ini ditujukan untuk memprotes proses pemilihan presiden, di mana warga Singapura tidak memiliki kesempatan untuk memilih

Editor: Mairi Nandarson
AFP
Presiden terpilih Singapura, Halimah Yacob, diambil sumpahnya di Istana Kepresidenan Singapura, Kamis (14/9/2017) sore. 

BATAM.TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Tidak semua warga Singapura rupanya gembira dengan tinta sejarah yang diukir Halimah Yacob sebagai prempuan presiden pertama negara pulau itu.

Seperti dilaporkan oleh situs berita Mothership.sg, Jumat (15/9/2017) pagi, sejumlah warga "Negeri Singa" itu berencana menggelar aksi unjuk rasa pada Sabtu (16/9/2017).

Aksi langka ini ditujukan untuk memprotes proses pemilihan presiden, di mana warga Singapura tidak memiliki kesempatan untuk memilih.

Halimah sendiri adalah calon tunggal yang membuat dia otomatis terpilih menjadi presiden ke-8 Singapura.

Protes akan digelar di Taman Hong Lim, satu-satunya area di mana unjuk rasa diizinkan di Singapura.

Aksi ini diperkirakan akan berlangsung selama dua jam dari pukul 4.30 sampai 6.30 sore waktu setempat.

Demonstrasi itu akan digelar dalam bentuk sit-in yang berarti tidak ada pembicara yang akan menyampaikan orasinya.

Sejauh ini sudah ada 150 orang yang berencana menghadiri aksi yang diprakarsai oleh aktivis sosial ternama Gilbert Goh yang sudah berkali-kali menggelar aksi unjuk rasa.

Baca: Halimah Yacob - Pilih Tetap Tinggal di Rusun Saat Jabat Presiden Singapura. Ini Alasannya

Baca: Halimah Yacob - Saat Kecil, Hidup Pas-pasan. Sering Bolos Sekolah Untuk Bantu Ibu Jualan Nasi Padang

Halimah telah disumpah sebagai Presiden Singapura Kamis (14/9/2017) sore.

Dalam pidato pelantikannya, politisi berusia 63 tahun ini menyadari adanya silang pendapat mengenai proses dia terpilih.

Halimah berjanji akan menjadi presiden untuk seluruh rakyat Singapura tanpa memandang perbedaan suku dan agama.

Sosok Halimah populer di Singapura namun tidak sedikit warga yang menyuarakan kekesalan mereka karena mereka tidak dapat menggunakan hak pilihnya.

Tagar #NotMyPresident sempat bermunculan dalam beberapa hari ini sebagai bentuk protes terhadap proses pilpres.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved