TSUNAMI PALU

Sedih Sepupunya Tersapu Tsunami, Puteri : Aku Berteriak, Ayo Lari Cepat! Lari!

Puteri selamat dari tsunami dengan memegang sebuah pilar walau air ombak terus menghantam tubuhnya. Sayangnya, sepupu dia tersapu tsunami.

KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
Dampak kerusakan akibat gempa Donggala dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah, pada Jumat (28/9/2018), di Kampung Wani 2, Kecamatan Tanatopea, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Selasa (2/10/2018). Kapal Sabuk Nusantara 39 sampai terdampar ke daratan. 

TRIBUNBATAM.id - Puteri Pratiwi sedang berada di rumah sepupunya, Ita, saat gempa dan tsunami menerjang Palu pada Jumat (28/9/2018) sore.

Gadis berusia 18 tahun merasakan tanah bergoncang hebat di kota kelahirannya itu.

Ketika goncangan berhenti dan dia masih dalam keadaan terkejut, dia melihat ombak mengerikan sedang menuju ke tempatnya berada.

“Aku berteriak pada sepupuku, ‘Ayo lari cepat! Lari’,” ucap Puteri yang ditemui CNN di tempat tidurnya di Rumah Sakit Undata di Palu pada Selasa (2/10/2018).

Puteri selamat dari tsunami dengan memegang sebuah pilar walau air ombak terus menghantam tubuhnya.

Baca: UPDATE GEMPA PALU - Hingga 3 Oktober, Total Korban Tewas Gempa dan Tsunami Palu 1.407 Orang

Baca: Ini Dia Lokasi Sesar Geser di Beberapa Wilayah di Indonesia. Bisa Picu Gempa dan Tsunami

Baca: TSUNAMI PALU - Kapal Sabuk Nusantara Terseret ke Daratan hingga 70 Meter. Ini 3 Fakta Dibaliknya!

Nahasnya, tiga hari pascagempa, dia mendapat informasi bahwa sepupunya tewas karena tsunami.

Selain Puteri, ada juga Nurjati Katili, seorang ibu rumah tangga yang sedang merawat keponakannya, Mohammed (7).

Sementara ibu dan adik laki-laki Mohammed sampai sekarang masih belum ditemukan.

"Dia sangat sedih. Dia bilang dia sangat kangen pada ibu dan adik laki-lakinya," kata Nurjati kepada CNN.

"Dia tidak mau makan. Lebih pendiam daripada sebelumnya.”

Puteri, Nurjati, dan Mohammaed hanyalah sebagian kecil dari banyak pasien yang dirawat di rumah sakit akibat gempa 7,4 SR dan tsunami setinggi tiga meter yang menimpa Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.

Bahkan hingga hari ini, menurut kompas.com, hingga Rabu 3 Oktober 2018 sudah ada 1.407 korban yang telah dikonfirmasi tewas dalam bencana ini.

Dan angka tersebut kemungkinan bertambah karena masih ada puluhan jenazah di jalan-jalan di Palu dan Donggala yang masih belum dievakuasi.

Sementara untuk mereka yang sudah dikonfirmasi identitasnya atau setidaknya telah ditemukan akan dikubur secara massal untuk mencegah penyebaran penyakiy.

Di Rumah Sakit Undata sendiri, ada lebih dari 100 mayat masih tergeletak di halaman di luar rumah sakit setelah beberapa hari gempa.

Tidak heran bau busuk sangat kuat jika angin bertiup sangat kencang.

Kejadian mengerikan ini memberikan trauma yang besar bagi warga di Donggala dan Palu.

Akibatnya mereka takut masuk ke dalam rumah. Namun di sisi lain mereka takut berada di luar rumah karena takut tsunami akan datang lagi.

Belum lagi fasilitas yang hancur dan sulitnya pasokan makanan ke daerah-daerah yang tidak bisa diakses. (*)

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved