BATAM TERKINI
Setelah Diskorsing Seminggu, Begini Nasib 3 Siswa SMP di Batam yang Ketahuan Nonton Film Dewasa
Tiga siswa SMP di Batam ketahuan memiliki grup messangger yang berisi video berkonten dewasa. Begini nasibnya sekarang.
Penulis: Dewi Haryati |
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Selasa (9/10/2018) hari ini menjadi batas akhir skorsing yang diberikan pihak sekolah bagi siswanya, yang ketahuan memiliki grup messenger berkonten dewasa di akun facebooknya.
Skorsing sudah diberikan sejak 2 Oktober 2018 lalu. Selama skorsing, mereka tetap diberikan haknya untuk mengikuti ujian mid semester.
Pasca skorsing berakhir, Kepala SMPN 28 Batam, Boedi Kristijorini mengatakan, dari tiga anak tersebut, dua di antaranya masih ingin melanjutkan pendidikan di sekolah yang berlokasi di Taman Raya, Batam Center itu.
Sedangkan satu lainnya, akan melanjutkan pendidikan ke pesantren.
"Dua orang itu masih mau sekolah di tempat kita. Kita tetap terbuka, tapi kita minta buat pernyataan dari orangtua maupun siswa," kata Boedi kepada Tribun di Seraya.
Baca: LOKER BATAM HARI INI - 6 Info Lowongan Kerja Batam Terbaru Hari Ini, Selasa, 9 Oktober 2018
Baca: Video Dahsyatnya Gempa Beredar, BNPB Pastikan Bukan Video Gempa Palu dan Bulukumba Selasa (9/10)
Baca: Leher Tertembus Peluru, Ini 5 Fakta Dibalik Tewasnya Tukang Parkir saat Polisi Gerebek Penjahat
Baca: BREAKINGNEWS. Diduga Rem Blong, Sebuah Truk Masuk Parit di Dekat DC Mall Batam
Jangan sampai kejadian serupa terulang lagi. Ia tak ingin perbuatan yang dilakukan beberapa siswanya itu, berimbas kepada siswa lainnya.
"Di sekolah, kita juga akan lakukan lagi pembinaan dan peningkatan pendidikan ke moral karakter, iman dan takwa," ujarnya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam, Hendri Arulan mengatakan, pihaknya sudah meminta kepada sekolah, untuk tetap melakukan pembinaan kepada siswa tersebut.
"Kita lakukan pembinaan. Bisa saja orangtua lalai dan tak terpantau. Tak kita keluarkan anaknya. Karena anak itu masih usia sekolah dan pendidikan dasar wajib bagi mereka. Kalau diulangnya lagi, baru dikembalikan ke orangtuanya," kata Hendri.
Ia berharap, kasus yang menimpa siswa SMPN 28 Batam itu, bisa lebih menyadarkan para orangtua untuk lebih mengawasi kegiatan yang dilakukan anaknya. Meskipun anak tersebut melakukan kegiatannya di dalam rumah.
"Kita berharap masyarakat bisa ikut membantu supaya kejadian seperti ini tak terulang lagi. Karena pendidikan dan pengawasan terhadap anak ini tak bisa hanya di dinas dan di sekolah saja," ujarnya.
"Ada tiga pusat pendidikan. Anak di masyarakat, anak di sekolah, dan anak di rumah. Kalau di masyarakat, pengawasannya dari masyarakat, di sekolah, guru dan pihak sekolah. Kalau di rumah, orangtua," sambung Hendri.
Hendri melanjutkan, selain siswa SMPN 28 Batam, ia belum dapat informasi terkait kemungkinan siswa sekolah lain yang tergabung di grup tersebut.
"Kita belum dapat info. Ada katanya di sekolah lain. Kita sudah lakukan pembinaan ke sekolah itu," kata Hendri.
Lebih lanjut, terkait persoalan yang terjadi di SMPN 28 Batam itu, ia sudah melaporkannya kepada Wali Kota Batam, Rudi.
"Pak wali minta harus dilakukan pembinaan dan sosialisasi lagi ke sekolah-sekolah. Dikuatkan lagi penguatan pendidikan karakter anak," ujarnya. (*)