Kisah Porter Bandara RHF Tanjungpinang: Jangankan Dapat Rp 50 Ribu, Kadang Sehari Tak Angkat Barang
Pria itu merupakan satu dari dua belas portir yang setiap hari mengadu nasib di Bandara RHF Kota Tanjungpinang
Penulis: Thom Limahekin |
TRIBUNBATAM.id, TANJUNGINANG - Pria itu duduk sendiri pada deretan kursi besi di pelataran Bandara Raja Haji Fisabilillah Kota Tanjungpinang, Jumat (8/2/2019) malam.
Penerbangan terakhir hari itu, maskapai Sriwijaya Air baru saja mendarat. Para penumpangnya pun sudah keluar dari ruangan kedatangan.
Kebanyakan mereka menarik sendiri troli bermuatan barang menuju taksi atau mobil pribadi yang sudah sejak tadi menunggu.
Suasana Bandara pelahan-lahan mulai sepi. Pria itu menatap saja beberapa rekannya merapikan troli-troli yang tercecer, merapatkannya satu dengan yang lain.
Dia lalu mengeluarkan sebatang rokok dari saku celana, melemparnya di kursi di sebelahnya.
Jari tangan kanannya begitu cekatan menghidupkan api dari pemantik, menyuluhnya pada ujung rokok.
Telapak tangan kirinya sengaja menutup api pemantik dari tiupan angin.
• Jadwal Rekrutmen PPPK/P3K di sscasn.bkn.go.id Dibuka Minggu 10 Februari 2019
• Catat, 3 Makanan Alami Percepat Penyembuhan Penyakit Demam Berdarah
• Selain Kirim Foto Hot dan Video Syur Vanessa Angel Layani Mucikari, 4 Orang Ditangkap
• Grup Tribun Raih 16 Piala Anugrah IPMA 2019 di Malam Penghargaan Serikat Perusahaan Pers 2019
Rokoknya pun menyala. Dia mengisapnya dalam-dalam lalu menyemburkan asapnya dari balik mulutnya yang nyaris tidak lagi memiliki gigi seri itu.
"Ayo, rokok lah," ucapnya pelan seraya mengangkat dan menyodorkan rokok itu.
Suasana sedikit mencair; pembicaraan pun akhirnya bermula. Ketika ditanya tentang siapa namanya, pria ini menyibak jaket kulit berwarna cokelat. Ada semacam kartu anggota terselip di saku bajunya yang berwarna hijau.
"Sarman, itu nama saya," ujarnya sambil tersenyum.

Pria itu merupakan satu dari dua belas portir yang setiap hari mengadu nasib di Bandara RHF Kota Tanjungpinang sejak pukul 06.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB.
Dia mengatakan mereka dibagi dalam tiga kelompok. Jadi, dia harus berbagi rezeki dengan tiga rekannya yang lain dalam kelompok mereka. Mereka kemudian membagi rata hasil kerja sama itu.
"Kadang kami angkat barang dari mobil lalu bawa ke ruang keberangkatan atau dari ruang kedatangan menuju mobil. Kami berempat," ujar Sarman.
Dari upah angkat sebuah barang, Sarman dan kawan-kawan bisa menerima Rp 10.000. Kadang-kadang mereka mendapat Rp 30.000 untuk upah angkut tiga barang. Namun, mereka kerap memberikan diskon hanya dengan Rp 25.000 saja.