Selama 21 Jam Terjebak Longsor di Lubang Tambang Mas di Sulut, Begini Kesaksian Korban Selamat

"Sejak pagi tak ada tanda-tanda akan ambruk. Biasanya kami keluar ketika mencapai target 50 bongkahan. Saat itu Pukul 21.00 Wita sudah 35 bongkahan ke

TRIBUNMANADO/HANDHIKA DAWANGI
Rusdi Tulong korban selamat longsor di lubang tambang mas 

TRIBUNBATAM.id - Selama 21 jam terjebak longsor di lubang tambang busa di Desa Bakan Kecamatan Tanoyan Kabupaten Bolmong, Sulawesi Selatan beberapa waktu lalu, Rusdi Tulong (35) salah satu koban menceritakan perjuangan untuk bertahan hidup.

Rusdi Tulong bersama dua rekannya terjebak dalam satu lorong sempit tambang berukuran dua kali dua meter, 15 meter jaraknya dari lubang masuk tambang selama 21 jam.

"Kami bergantian untuk meluruskan kaki. Saat satu meluruskan, dua lainnya melipat. Begitu seterusnya sampai dievakuasi," ujar Rusdi saat ditemui di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kotamobagu, kepada Tribun Manado, Kamis (28/02/2019)

Rusdi kaget saat bebatuan di bagian atas ambruk. Mereka masuk pada Pukul 07.00 Wita di hari kejadian.

Di dalam memang ada banyak orang terkumpul di satu lorong besar.

Longsor Tambang Emas di Sulut, Berikut Kesaksian Korban Selamat dari Maut

Video Evakuasi Korban Longsor Tambang Emas di Sulut, Viral di Media Sosial

Longsor Tambang Emas di Sulut, 8 Tewas, 19 Selamat, Puluhan Penambang Masih Tertimbun

Viral Video Polres Gowa Tangkal Hoax, Ubah Lagu Sayur Kol Sisipkan Kasus Ratna Sarumpaet

Rusdi bersama dua rekannya di lorong lain tambang, jauh dari lorong besar itu.

"Sejak pagi tak ada tanda-tanda akan ambruk. Biasanya kami keluar ketika mencapai target 50 bongkahan. Saat itu Pukul 21.00 Wita sudah 35 bongkahan kemudian kejadian itu terjadi," ujar Rusdi.

Lokasi ambruk dengan tempat Rusdi mengambil bongkahan batu sekitar lima meter

"Kami sudah tidak tahu tanda-tanda. Tiba-tiba hanya terdengar bunyi sangat keras di luar kemudian bebatuan ambruk dan menutup akses jalan. Kami bertiga pun terjebak. Saat itu kami kesulitan bernapas," ujar Rusdi.

Rasa haus dan lapar lama kelamaan mulai terasa. Rusdi dan dua rekannya tak bisa berbuat apa-apa.

Semua air minum ada di gua tempat banyak orang mengambil bongkahan.

"Hanya bisa duduk. Saya terus berzikir. Teman saya yang satu terus menangis. Dia selalu bertanya apakah kami masih bisa keluar atau tidak," katanya

"Saya selalu katakan agar berzikir saja. Kalau memang masih diizinkan hidup maka warga yang ada di luar evakuasi akan menemukan kita. Penerangan hanya senter. Untuk menghilangkan rasa haus tinggal menelan ludah saja," tambah Rusdi.

Rusdi dan dua rekannya bergantian berteriak minta tolong selama di dalam lorong itu.

"Kami teriakkan tolong tolong. Masih ada kami disini. Kami teriakkan asal kami Mopusi dan nama kami semua," ujar Rusdi.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved