Sampah Warga Batam Capai 1.000 Ton/ Hari, StartUp Mounthrash Gagas Recyling Center
Mounthrash adalah salah satu usaha rintisan (startup) berbasis aplikasi digital untuk penanganan sampah di Indonesia,
BATAM.ID, TRIBUN — Produksi sampah unorganik 1,3 juta warga Kota Batam,d i tahun 2019 ini, sudah mencapai 1.000 ton per hari.
Kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Punggur, Nongsa, seperti dikemukakan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam, Herman Rozie, beberapa waktu lalu, tak bisa diandalkan lagi untuk menampung sampah warga yang juga terus bertambah.
Laiknya tren volume sampah plastik di kota besar yang naik hingga 100 persen dalam 5 tahun terakhir, volume sampah harian ini, sudah menyamai kota-kota besar seperti Palembang (1,100 ton / hari), Medan 2000 ton/hari, Makassar (1.200 ton) per hari, industri dan jaringan pengelolaan sampahnya belum cukup mengatasi pencemaran lingkungan.

“Fenomana ini talk cukup dengan menambah TPA saja, tapi harus dimulai dengan revolusi mental, dan memanfaatkan teknologi digital, untuk mengubah cara-cara konvensional, itulah kenapa akan merambah Batam, dan kota-kota besar lain, kami mulai dengan mengedukasi warga dan stakeholder dulu,” kata Gideon Wijaya Ketaren, Chief Strategic Officer PT Mounthrash Avatar Indonesia, dalam rilis yang diterima Tribun, Senin (22/7/2019).
Mounthrash adalah salah satu usaha rintisan (startup) berbasis aplikasi digital untuk penanganan sampah di Indonesia, mulai tahun 2019 hingga 2022 mendatang.
Tenaga Ahli Menteri Bidang Dukungan Kerja KemenPUPR ini mengemukakan, aplikasi yang sudah dikembangkan di negara-negara maju Eropa, Amerika, Jepang, Australia, dan China ini, adalah mengubah persepsi warga tentang sampah.

“Mountwash ini mengubah sampah itu bukan kotoran yang harus dibuang, melainkan menggantikannya dengan pulsa, iuran BPJS, atau alat tukar membayar rekening listrik atau PDAM,” ujar Gideon.
Berkolaborasi dengan jaringan bank sampah yang sudah lebih dulu dibangun di Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Medan, Makassar, dan kota-kota besar lain di Indonesia,
Aplikasi Mountrash ini bisa diunduh oleh siapa saja di PlayStore, GooglePlay atau IOS. Aplikasi ini sudah terhubung dengan supplier (pengumpul), warehousing processor (gudang penyimpanan/pengolahan), transporter (pengiriman/penjemputan) dan industri (pembeli) sampah plastik, termasuk dengan jaringan pembayaran digital bank nasional, LinkAja.
Kelak tempat pembuangan sampah plastik, (vending machine, recyle center machine) akan ada di jaringan supermaket seperti Indomaret, kantor BUMN, pesantren, kampus-kampus, terminal, hingga ke pemukiman level RT/RW.
“Gagasan ini, di tahun 2019 ditahap literasi ke semua stake holder, di tahun 2020 juga akan dikembang di kecamatan dengan bangun collecting point.” ujar Gideon.
Di tahun 2021 nanti, akan dibangun 4000 unit trash vending machine di mal & perkantoran,3000 unit recycle drop center di pesantren, terminal, dan pasar modern, dan 2000 recyle processing center level kecamatan di 33 provinsi.
Dalam penjelasan rilisnya, Mounttrash juga menjelaskan fenomena Bank Sampah Indonesia tumbuh 600 persen dalam 3 tahun terakhir, menunjukkan prospek menggembirakan, secara lingkungan dan finansial.
Jika ada 1.172 unit tahun 2015 menjadi 7.408 unit di tahun 2018, dan sudah ada di 294 kabupaten/kota di 33 provinsi.
Produksi industri daur ulang sampah di Indonesia masih 1,1 juta ton/tahun.