Defisit Anggaran Indonesia Diperkirakan Makin Melebar, Investasi Tak Seperti yang Diharapkan

Defisit anggaran Indonesia berpotensi melebar hingga Rp 300 triliun dan berada di kisaran 2% - 2,1% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Antara/FB Angoro
Pekerja beraktivitas di lokasi proyek Tol Pekanbaru-Dumai, di Provinsi Riau, Selasa (13/3/2018). 

TRIBUNBATAM.ID, JAKARTA - Defisit anggaran Indonesia berpotensi melebar hingga Rp 300 triliun dan berada di kisaran 2% - 2,1% terhadap produk domestik bruto (PDB). Hal ini diungkapkan oleh Peneliti Core Indonesia Yusuf Rendy Manilet pada Selasa (30/7) di Jakarta.

"Angka tersebut kami asumsikan dari realisasi belanja berada di kisaran Rp 2.300 - Rp 2.800 triliun. Angka pertumbuhannya pun lebih tinggi dibanding prediksi defisit terhadap PDB dalam APBN 2019 yang sebesar 1,8%,” ujar Yusuf.

Melebarnya defisit anggaran ini tentunya akan berdampak pada semakin banyak surat utang yang akan diterbitkan oleh pemerintah.

Hal ini diikuti dengan semakin banyaknya minat asing terhadap surat utang Indonesia.

BPJS Kesehatan Defisit, Pemerintah Minta Cegah Kecurangan Klaim dari Rumah Sakit

Akibat Demo Perdagangan Hong Kong Lumpuh, Kami Mungkin Tak Bisa Rayakan Natal

Akhirnya Izin Prinsip Taksi Online di Batam Terbit, Pekan Depan Dishub Akan Serahkan ke Badan Usaha

Menurut Core, hingga bulan Juni 2019, pemerintah sudah menerima penawaran surat utang hingga Rp 531 triliun. Angka tersebut tumbuh 17% dari tahun lalu yang hanya mencapai Rp 453 triliun.

Selain itu, hingga Juni 2019, kepemilikan asing pada surat utang Indonesia mencapai 39%. Lebih besar dibandingkan kepemilikan asing pada tahun 2017 yang hanya mencapai 37%.

"Bertambahnya kepemilikan asing ini bisa berdampak pada rentannya surat utang pada sudden capital outflow yang akan berdampak pada salah satunya pelemahan nilai tukar," tambah Yusuf.

Pada Oktober 2018 lalu, pernah terjadi capital outflow pada surat utang. Rupiah pun tercatat sebagai salah satu mata yang mengalami pelemahan paling dalam.

Investasi Tak Seperti Diharapkan

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi sepanjang semester I 2019 tumbuh signifikan. Pertumbuhan investasi Januari - Juni 2019 mencapai Rp 395,6 triliun.

Namun, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani, menilai pertumbuhan investasi di semester I 2019 tidak seperti yang diharapkan para pengusaha.

"Untuk Realisasi di kuartal 1 sebesar Rp 195 triliun. Untuk kuartal 2 saya rasa akan ada penurunan walau mungkin tidak sebesar penurunan dari kuartal 4 2018," kata Shinta kepada Kontan.co.id pada Selasa (30/7/2019).

Shinta Kamdani

Bila melihat kinerja dari awal tahun, Shinta memandang kemungkinan besar investasi akan tetap tumbuh, tetapi tidak akan ada lonjakan yang berarti baik dari dalam maupun luar negeri.

Hal ini disebabkan oleh para pelaku pasar di semester I dalam keadaan wait and see karena dinamika politik nasional.

Selain itu, pemerintah juga tidak berani mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang secara substansial memengaruhi iklim kegiatan ekonomi karena kemungkinan adanya pergantian pemimpin.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved