Luar Biasa, Dokter Muda Ini Pilih Keliling Dunia Pakai Sepeda Temui Pasien

Ini adalah kisah seorang dokter yang memutuskan bersepeda keliling dunia untuk membantu dan memberdayakan masyarakat yang ia temui.

Steven Fabes / Daily Mail
Steven Fabes saat di Malawi 

BATAM.TRIBUNNEWS.COM - Ini adalah kisah seorang dokter yang memutuskan bersepeda keliling dunia untuk membantu dan memberdayakan masyarakat yang ia temui.

Selama enam tahun terakhir, dr Steven Fabes telah menempuh jarak sejauh 53.285 mil melalui misinya mulianya.

Dengan jarak sejauh itu, dr Steven Fabes sama saja telah menempuh perjalanan keliling dunia sebanyak dua kali.

Di luar pengalaman medis, dr Steven Fabes tentu pernah mengalami kenyataan lain seperti pernah berbagi tenda dengan laba-laba hitam yang ganas dan kalajengking, pernah pula ditodong pistol di Peru. Pengalaman itu telah membuka mata Fabes tentang dunia.

Fabes sejauh ini telah menjelajahi enam benua dengan sepedanya, yakni Eropa, Afrika (melalui Timur Tengah), Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Utara, Australia dan Asia, yang menjadi inspirasi bagi nama blog perjalanannya: Cycling the 6.

Meskipun mencintai teman-temannya, pekerjaan dan kehidupannya di kota besar di London, Inggris, dr Steven Fabes mendambakan sebuah perjalanan yang terbuka, dan dimulailah misinya menjelajah dunia.

Kepada Travel MailOnline, dr Fabes mengatakan bahwa dia adalah sosok yang haus petualangan dan tantangan baru. “Saya ingin menyederhanakan hidup untuk waktu, beberapa barang, sedikit uang, hidup tanpa jadwal. Saya ingin melihat, mendapat pengalaman dan belajar tentang dunia dengan cara yang intim, dan sepeda memungkinkan itu," kata dia.

Dengan tas dan sebuah tenda di punggungnya, dan berharap cukup fit untuk bertahan hidup dengan cara baru, ia berangkat mengarungi Eropa selatan dan Timur Tengah, sebelum perang meletus di Suriah.

Setelah itu, dia mengayuh sepedanya untuk sebuah perjalanan panjang di Afrika, Amerika Selatan dan Utara sebelum menuju ke Asia dan Australia.

Selama perjalanan, dr Steven Fabes kerap mendaki pegunungan, padang pasir dan dataran asin. Dan tentu saja, selain pengalaman-pengalaman itu, sebagai dokter dia juga mengamalkan keahliannya di rumah sakit untuk menjadi sukarelawan, dan menyaksikan kondisi penanganan medis yang jarang ia lihat dalam praktek klinis seperti di Inggris.

Beberapa kasus paling menyedihkan pernah dia temui adalah ketika melihat kondisi kemiskinan dan kekurangan gizi, serta bertemu dengan orang-orang terpinggirkan dengan kondisi seperti HIV, kusta, penghuni kawasan kumuh, suku nomaden dan korban serangan teroris.

Fabes tidak hanya menyaksikan kekayaan kasus medis, tetapi telah mengalami petualangan yang tidak pernah ia impikan. Dan meskipun ia telah menjelajah sendirian selama enam tahun, itu tidak berarti selama ini ia hanya hidup sendirian.

“Saya telah berbagi tenda dengan kalajengking dan laba-laba hitam, juga singa dan banyak ular seperti kobra dengan panjang 9,8 kaki!” kata dokter yang berusia 35 tahun.

Fobes berkisah, awalnya ia mencoba untuk bertahan hidup dengan uang hanya sepuluh dolar sehari, tapi ia telah kehabisan uang hanya dalam waktu tiga tahun.
Sejak itu, ia mulai melakukan beberapa hal untuk mendapat pemasukan seperti menjadi pembicara dan menulis lepas, dia juga mendapatkan sejumlah sponsor.

"Saya pantang menyerah," katanya. “Saat paling sulit yang pernah saya lewati adalah selama penyeberangan musim dingin di Mongolia , kesepian, sulit mendapat tempat, terutama dengan suhu di bawah 35 derajat saat malam hari,” ungkapnya.

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved