Ekonomi Masih Lesu, Para Bankir Pusing Mikiri Kredit Macet Nasabah yang Masih Tinggi

Kepala bankir pusing tujuh keliling. Pasalnya, industri perbankan masih menghadapi kenaikan rasio kredit bermasalah.

tribunnews batam/istimewa
Ilustrasi kredit 

BATAM.TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kepala bankir pusing tujuh keliling. Pasalnya, industri perbankan masih menghadapi kenaikan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) hingga akhir tahun 2016.

Kenaikan NPL itu lantaran debitur masih mengalami perlambatan pendapatan usaha akibat kelesuan pertumbuhan ekonomi. Ujungnya, bank harus berlapang dada untuk tidak menikmati laba.

Direktur Manajemen Risiko dan Kepatuhan PT Bank Mandiri Tbk Siddiq A. Badruddin menilai, jika pertumbuhan ekonomi masih lesu di semester II-2016 maka risiko kenaikan NPL masih ada hingga akhir tahun 2016.

“Jika pertumbuhan kredit tidak tinggi maka NPL akan di atas 3 persen,” katanya, Rabu (15/6).

Bank pelat merah ini mencatat para debitur mulai mengalami perlambatan bisnis sejak tahun lalu hingga tahun ini. Misalnya, di tahun 2015 debitur yang ada di kolektibilias 1 sudah masuk ke kolektibilitas 2. Sedangkan di tahun 2016 ini debitur yang dari kolektibitas 2 mulai masuk ke kolektibilitas 3.

Cara Bank Mandiri untuk memperbaikan kualitas aset dengan melakukan restrukturisasi kredit. Misalnya, debitur yang mengalami perlambatan arus kas (cash) karena penurunan pendapatan, akan memperoleh perpanjangan tenor pinjaman agar debitur tetap membayar kewajiba dan dapat menjalan bisnis.

Kemudian, bank berlogo pita emas ini akan selektif dalam menyalurkan kredit. Sektor kredit yang masih beresiko adalah sektor pertambangan, minyak dan gas, serta komoditas.

Sektor yang masih potensial adakah konsumsi. Per Maret 2016, perusahaan mencatat rasio NPL gross sebesar 2,89% dan NPL net 0,85 persen.

Direktur Bisnis Banking I PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Herry Sidharta mengatakan, ada kemungkinan kenaikan NPL di tengah kelesuan ekonomi ini sehingga perusahaan akan melakukan antisipasi untuk mencegah kenaikan NPL yang tinggi.

“Kami akan menjaga rasio NPL pada level 2,5-3 prsen,” ucap Herry.

Bank berlogo 46 ini tetap melakukan ekspansi di sektor yang menjanjkan dan memperbaiki debitur-debitur yang terkena dampak risik kredit.

Misalnya, perusahaan memberikan relaksasi kemudahan pembayaran dan memperpanjang kewajiban pembayaran angsuran pokok, dan dapat memberikan tambahan modal kerja apalhi masalahnya karena mismatch cashflow.

Direktur Grup Risiko Perbankan dan Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto mengatakan, suku bunga kredit yang sudah turun tak cukup merangsang debitur untuk meminjam kredit karena perusahaan mengalami penurunan permintaan usaha. Alhasil, bank masih akan mencatat kenaikan NPL.

Lanjutnya, bank masih akan mengalami kenaikan NPL hingga September 2016. Setelah bulan itu, rasio NPL bank cenderung tetap (stagnan) atau naik sedikit dengan asumsi pertumbuhan ekonomi berjalan baik.

“Prediksinya, rasio NPL untuk gross akan berada di level 3% di akhir tahun ini,” terang Doddy.

Sumber: Kontan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved