Penggerebekkan Terduga Teroris di Batam

Telepon Pak RW soal Gigih, Bikin Kaget Tetangganya di Mediterania. Ini Isi Telponnya

Sekitar jam 09.00-an saya ditelpon pak RW, katanya tak boleh masuk.

Suasana penggerebekan terduga teroris di Batam 

BATAM.TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Portal gang menuju rumah terduga teroris Gigih Rahmat Dewa sempat ditutup sehari setelah penggrebekan terduga teroris, Jumat (6/8/2016).

Pada portal Blok FF no 9 Perumahan Mediterania itu sempat bertuliskan Pemulung Dilarang Masuk, tamu 1 x 24 jam harap lapor ke RT 07/RW 08 warga Blok FF", akan tetapi, Minggu (7/8/2016) portal itu sudah kembali dibuka.

"Iya sengaja di tutup kemarin, warga diminta untuk tidak lewat di gang itu," kata Ridwan, Ketua RT 07/RW 08, Minggu (9/8/2016).

Kondisi rumah Gigih masih terpasang Police Line pada pagar dan pintu rumah. Pintu rumah hanya tertutup dengan teralis besi. Bagian dalam rumah hanya terlihat sedikit.

Saat menemui Ridwan di rumahnya yang hanya beberapa rumah dari rumah Gigih, Ridwan menjelaskan informasi tentang keseharian Gigih berserta istrinya.

"Normal-normal saja ya, seperti warga lainnya, tidak ada sesuatu yang berbeda dari dia, kalau ketemu di sapa, kalau ada kegiatan di lingkungan dia kadang-kadang datang, tapi kita maklumi saja ya tidak semua warga selalu hadir saat kegiatan, kan kerja, jadi kalau dia ga hadir kami anggap memang bekerja sama dengan warga lainnya yang engga," jelas pria yang bekerja di bagian akunting di salah satu hotel di Nagoya ini.

Namun, akhir-akhir ini menurutnya Gigih mulai jarang hadir. Ridwan hanya memaklumi saja tanpa curiga. Dia mengaku pernah 'ngobrol' dengan Gigih, tetapi dengan istrinya jarang. Dari KK yang diperlihatkan Ridwan, Istrinya Gigih, Rosita Isnaeni bekerja di perusahaan BUMN.

"Kalau sama Gigih pernah ngobrol-ngobrol, ramah juga dia, tidak tertutup, dia biasa-biasa saja, sedangkan istrinya biasa-biasa juga termasuk dengan pakaian yang dikenakan," tegas Ridwan.

Ridwan memaparkan, hampir 5 tahun Gigih tinggal di rumah tipe 36 tersebut. Dia bercerita, mulanya rumah itu ditempati kakaknya, dan Gigih sebelum menikah sudah tinggal di situ. Tapi Ridwan tidak tahu soal nama dan keberadaan kakaknya. Termasuk status rumah tersebut.

"Dulu yang tinggal di situ kakaknya. Saya tidak tahu soal kakaknya, namanya saya lupa, yang jelas dia tinggal di rumah itu sekitar tahun 2010-an, dan setelah Gigih berkeluarga saya pun tidak tahu dia istrinya tinggal di situ dan kakaknya tidak tinggal di situ lagi," papar dia.

Pada saat penggerebekan Ridwan juga tidak berada di tempat. Dia mendapatkan informasi dari RW setelah di tempat kerja, yang menjelaskan Densus sedang berada di komplek.

"Sekitar jam 09.00-an saya ditelpon pak RW, jadi saya gak di tempat yang boleh menyaksikan saat itu hanya pak RW yang menyaksikan penggrebekan itu, warga tidak diperbolehkan dan disuruh masuk," ungkapnya.

Mendengar informasi tersebut, Ridwan kaget dan tidak menyangka Gigih yang dikenalnya 'biasa' diduga terlibat jaringan teroris. Seperti diberitakan, Jumat (5/6/2016) Densus menangkap Gigih bersama dengan lima orang lainnya. Mereka diduga hendak merencanakan teror ke Singapura. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved