Dimas Kanjeng Ditangkap

Mengintip Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo

Dari Jalur Pantura, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, jarak tempuh menuju padepokan sekitar 13 km atau setengah jam

Editor: Mairi Nandarson
SURYA MALANG
Padepokan Dimas Kanjeng 

Ajaran mencurigakan

Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Probolinggo H Yasin mengatakan, ajaran di Padepokan Dimas Kanjeng ada yang terbuka dan ada yang tertutup.

Ajaran yang terbuka tidak ada yang aneh, seperti istighosah, pengajian umum dengan mendatangkan kiai, dan memperingati hari besar keagamaan.

“Namun, ada ajaran yang tertutup. Ajaran yang tertutup inilah yang dicurigai. Dari laporan yang sudah sampai ke MUI, ajaran tertutup itu berupa wirid, bacaan-bacaan, mandi, dan ritual lainnya yang mengarah ke pencairan uang atau penggandaan uang,” ungkap Yasin.

Dari temuan MUI dan laporan santri, lanjut Yasin, santri Padepokan diwajibkan membayar mahar dan memperoleh dapur ATM berupa kotak dan kantong.

Kotak itu sudah berisi jimat yang bisa menyedot banyak uang. Nah, sebagai ritual agar dapur ATM itu terus berisi uang, santri harus membayar mahar untuk membeli gelang, sabuk, dan kartu ATM, nilainya hingga jutaan rupiah.

“Kotak itu terlebih dulu diisi Rp 10.000. Nah, jika ingin terus bertambah, kotak tidak boleh dibuka. Dan santri harus terus membayar mahar supaya kotak itu terus bertambah uangnya. Begitu modus dan temuan kami,” katanya.

MUI juga menemukan selebaran bacaan Shalawat Fulus, yang dibaca pengikut padepokan dalam setiap kegiatan. Shalawat Fulus, kata Yasin, adalah bacaan yang diyakini bisa mendatangkan uang ghaib.

Ajaran tertutup atau ritual pencairan itulah yang disampaikan MUI Kabupaten Probolinggo ke MUI Jatim dan akan disampaikan ke MUI Pusat.

“Kami masih belum memvonis ajaran padepokan. Kami sepakat untuk menyampaikan laporan ajaran Padepokan Dimas Kanjeng ke MUI Pusat pada Selasa (4/10/2016).

Nanti MUI Pusat yang akan memberikan vonis atas fatwa. MUI hanya fokus pada ajaran ritual di sana,” imbuh Yasin.

Jumlah santri di Padepokan Dimas Kanjeng dikabarkan mencapai 20.000-30.000 orang yang berasal dari banyak daerah di Indonesia. Yasin membenarkannya.

Menurut dia, video mendatangkan uang yang diunggah di Youtube berhasil menarik orang untuk berlomba-lomba mendatangi dan berguru kepada Dimas Kanjeng.

“Siapa yang tidak tergiur dengan keberadaan uang sebanyak itu di Youtube,” ujarnya.

Santri Padepokan berasal dari berbagai profesi. Mulai PNS, pengusaha, pedagang, guru, petani, wirawaswasta, pegawai BUMN, dan politisi.

Halaman
123
Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved