Dimas Kanjeng Ditangkap

Mengejutkan, Kesaksian Putri Mahaguru Dimas Kanjeng. Ini Pengakuaannya Tentang Sang Abah

Putri mahaguru abal-abal Dimas Kanjeng kerap pingsang melihat pmberitaan bapaknya di televisi. Ini kesaksiannya terhadap sang ayah

surya/ahmad zaimul haq
Tujuh mahaguru bentukan Dimas Kanjeng yang bertugas merekrut massa pengajian saat gelar perkara di Mapolda Jawa Timur, Surabaya, Senin (7/11/2016) 

BATAM. TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Abdul Karim alias Abah Sulaiman, satu mahaguru abal-abal yang direkrut Dimas KanjengTaat Pribadi, tertawa saat diboyong lima polisi dari Polda Jawa Timur dan Polsek Tanjung Duren, Sabtu (5/11) lalu.

Padahal, dua anak dan menantu yang tinggal satu atap dengan Abah Sulaiman syok bukan kepalang.

Dahro, pria berusia 51 tahun yang menjadi menantu Abdul Karim masih mengingat detik-detik sang mertua dicokok polisi.

Saat itu, Abdul Karim yang tengah berada di rumah tiba-tiba didatangi sejumlah polisi. Tidak begitu lama, polisi lalu membawa sang mertua yang telah berusia 77 tahun itu ke Polsek Tanjung Duren, Jakarta Barat.

Keluarga pun kaget. Bukan hanya keluarga, sejumlah warga sekitar mendatangi rumah saat polisi memboyong Abdul Karim.

"Pas dibawa polisi, kita yang di rumah kaget semua, ada apaan ini? Orang sekampung pada geger. Polisi bilang, bapak ada kaitan sama Dimas Kanjeng, katanya jadi guru," kata Dahro kepada Tribun, Selasa (8/11/2016) kemarin.

Dahro pun mendampingi sang mertua menuju Polsek Tanjung Duren. Uniknya, Dahro justru melihat sang mertua yang dikenal suka melucu itu tidak tegang.

Abdul Karim banyak menebar senyum saat perjalanan menuju Polsek Tanjung Duren.

"Pas diajak sama polisi, bapak kira diajak ziarah ke Surabaya lagi. Dia sempat tawa-tawa. Tahu-tahunya dia dibawa polisi ke polsek," ucapnya.

"Saya bilang ke polisi, pak orang tua saya ini sudah pikun, kasihan kalau dimasukkin ke penjara. Pas saya pulang, pagi dapat telepon bapak saya sudah di Surabaya," ungkap dia.

Rumah Abdul Karim peninggalan sang istri terbilang reyot. Terkadang, cerita Dahro, rumah tersebut kebanjiran.

Dahro setali tiga uang dengan Nur, putri pertama Murjang alias Abah Nogososro. Ia dan sang ibu kaget saat polisi mencokok Murjang dari rumah pada malam Minggu.

Ia semakin tidak percaya saat diberitahu polisi bahwa sang ayah menjadi mahaguru dari Dimas Kanjeng.

"Aku kaget lah. Aku mikir, kok bapak jadi begini. Kalau tahu dari dulu, aku bakal larang. Ya, aneh juga. Percaya ga percaya bapak enggak pernah salat jadi mahaguru padepokan," kata Nur.

Sejumlah tetangga Abdul Karim dan Murjang juga mengaku tak percaya jika tetangganya itu menjadi mahaguru dari Dimas Kanjeng.

"Yah malam minggu itu kita tetangga-tetangga masih belum tahu. Ramainya baru pas hari Minggu pagi setelah lihat di telivisi.

Kita nggak percaya, masa' Pak Karim jadi mahaguru Dimas Kanjeng, salat aja jarang. Nggak pernah ikut pengajian atau kumpul-kumpul sama warga di masjid.

Kayanya dia cuma jadi korban aja. Mungkin dia diajak karena orang-orang nggak mampu," ujar Lona, tetangga Abdul Karim.

Harap Pulang
Keluarga berharap tujuh warga Duri Kepa yang dibawa oleh Polda Jawa Timur segera dipulangkan. Mereka khawatir akan kesehatan dan nasib anggota keluarganya itu.

"Harapannya bisa segera pulang. Saya belum bisa teleponan. Kata polisi Polsek Tanjung Duren bapak dipulangin Selasa, tapi katanya mundur lagi Kamis," kata Dahro.

Mereka menilai kepala rumah tangganya itu tidak sengaja terlibat dalam aksi tipu-tipu Dimas Kanjeng dengan dijadikan mahaguru.

"Jadi, bapak tuh nggak tahu-menahu dijadikan mahaguru palsu. Namanya sudah tua diajak jalan dan dikasih uang, yah mau aja. Saya kasihan bapak sudah tua, di tv diberitakan jadi tersangka," kata Dahro.

"Emas batangan apaan? Sama sekali nggak dapat. Nggak dapat emas apalagi uang gepokan seperti di tv. Mungkin kalau diteruskan iya kali dapat," sambungnya.

Dahro mengungkapkan, seorang putri dari anak Abdul Karim kerap pingsan setiap kali melihat pemberitaan ayahnya di televisi.

"Anak cewek yang bungsu suka pingsan kalau ada berita bapak. Dia kepikiran bapak sudah tua dan takutnya nanti susah makan di kantor polisi," ungkapnya.

Sementara itu, anak Murjang alias Abah Nogososro, Nur, mengaku telah berkomunikasi melalui telepon genggam dengan ayahandanya yang berada di Mapolda Jawa Timur.

Dan Murjang menyampaikan kabar dalam kondisi sehat dan tidak ditahan. Meski begitu, ia tetap khawatir kelanjutan nasib ayahandanya.

Terlepas itu, Nur mengaku ayahandanya mendapatkan pelajaran atas kasus yang menimpanya ini.

"Nanti aku mau bilang ke bapak, harus hati-hati berteman, kalau diajak-diajak yang nggak jelas begitu jangan mau," ucap Nur. (abdul qodir/valdy)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved