Demo Kenaikan Tarif Listrik

Pedagang Kaki Lima: Kami Cuma Rakyat Kecil, Mau Teriak Juga Nggak Didengar

Aksi protes terkait tingginya kenaikan tarif dasar listrik terus bergulir. Lantas, bagaimana dengan jeritan rakyat kecil?

Tribun Batam/Argianto DA Nugroho
Gubernur Kepri Nurdin Basirun menemui pendemo yang menolak kenaikan tarif listrik, Senin (17/4/2017) siang. 

Laporan Wartawan: Danang Setiawan

BATAM. TRIBUNNEWS.COM. BATAM - Aksi protes terkait tingginya kenaikan tarif dasar listrik terus bergulir. Tak hanya melalui aksi unjuk rasa secara terbuka, penolakan itu juga dirasakan masyarakat kecil yang harus berjuang lebih keras untuk bisa mengatasi tagihan listrik yang kian membengkak. 

"Kalau saya nggak kerja begini mau makan apa mas, kalau rakyat kecil seperti saya mau teriak-teriak juga tidak bakal didengar, mereka kan tidak mau tau, kalau tidak bayar listrik nanti tau-tau diputus", tutur Badri pedagang di kawasan Taman Kolam Sekupang pada Senin (17/4/2017) siang.

Menurut Badri mencari nafkah di Kota Batam semakin hari semakin susah. Menurutnya waktu nya dia habiskan untuk mencari nafkah guna menghidupi anak dan istrinya. Di saat situasi sulit seperti ini, kenaikan tarif dasar listrik semakin menambah penderitaan baginya dan anak istrinya.

"Dulu pertama kali saya berjualan di taman kolam adalah jualan bakso pakai gerobak motor cuma dilarang petugas dengan alasan bikin kotor, karena butuh makan saya berjualan pakan ikan mas", ujar Badri.

Baca: Temui Pendemo, Nurdin Akan Kaji Lagi Kenaikan Listrik Batam

Baca: Batam Segera Miliki Mal Pelayanan Publik. Seperti Apa Konsepnya?

Badri berjualan dari pukul 9 pagi sampai setengah 6 sore atau sampai sepi pengunjung. Badri menjual satu cup pakan ikan seharga Rp 5.000, dan mengaku sejak dari 2007 berjualan di kawasan Taman Kolam Sekupang.

Sibuk dengan mencari nafkah membuat Badri tidak sempat ikut dengan kegiatan masyarakat. Badri pun tidak luput dari marah ketua RT dan RW setempat.

"Ya bagaimana lagi mas, kalau tidak begini anak istri saya tidak makan. Saya bilang saja sama ketua RW saya, kalau saya belum merdeka yang merdeka itu negaranya, buktinya saya cari makan saja masih susah", terang Badri menceritakan saat ditegur ketua RW setempat karena tidak menghadiri rapat warga menyambut Kemerdekaan RI tahun lalu.

Terlepas susahnya mencari pekerjaan, Badri mengatakan kenaikan listrik cukup menekan biaya hidup keluarganya. Badri pun mengeluhkan kenaikan listrik yang melonjak tinggi dan mengagetkan warga.

Hal yang sama dialami Sri Nurhayati, pedagang gelembung sabun mainan anak-anak di Taman Kolam Sekupang. Sri mengaku terlalu terbebani dengan kenaikan listrik mencapai 43 persen.

Menurut Sri sebelum mengalami kenaikan saja sudah mengaku susah untuk mencari makan apalagi setelah mengalami kenaikan listrik yang cukup mengagetkan warga kota Batam.

"Suami saya buruh mas, anak sudah berkeluarga sudah mandiri semua, ini cuma buat nambah-nambah aja mas", ujar Sri kepada Tribun.

Menurut Sri gaji suami nya tidak cukup untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Terlebih pekerjaan buruh yang tidak menentu.

"Kalau ngandalin gaji suami berapa sih mas, apalagi listrik kemarin habis Rp 200 ribu bisa habis buat bayar listrik", terangnya.

Bagi Badri dan Sri, dalam hidupnya hanya fokus bagaimana menghidupi keluarganya. Karena mereka sadar tidak bisa bergantung kepada orang lain. Walaupun sama-sama tinggal di batuaji, jarak tidak menjadi kendala untuk mencari nafkah di Taman Kolam Sekupang. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved