Hangout

Menyusuri Makam Hang Tuah di Kaki Gunung Bintan

Nama Laksamana Hang Tuah memang sudah sangat tersohor dan menjadi bagian dari cerita sejarah Nusantara.

TRIBUNBATAM/SRI MURNI

Sebab, di makam ini belum ada petunjuk jalan dan jalan masuknya memang jalan tikus yang bisa membuat orang baru seperti saya tersesat.

Di sekitar lokasi makam terdapat satu gubuk reot yang biasanya dipakai warga untuk menjaga kebun mereka ketika musim buah. Makam Laksamana Hang Tuah sendiri, berada sekitar 50 meter dari gubuk ini.

Makam itu memiliki dua batu nisan pertanda kepala dan kakinya. Baik nisan kepala dan kaki dibalut dengan kain kuning, kain kebesaran masyarakat Melayu. Panjang makam sekitar dua meter. Makamnya berada tepat di bawah pohon Nam-Nam yang memang sudah berusia tua.

Di sekitar makam juga terdapat beberapa bunga puring sebagai penghias kuburan dan semak belukar. Makam Hang Tuah ini memang belum dipagar dan hanya diberi tanda kain kuning di batu nisan.

Asyim bercerita, banyak warga sekitar kaki Gubung Bentan mempercayai bahwa makam ini memang makam Hang Tuah berdasarkan Hikayat Hang Tuah yang ditulis oleh Tun Kola.

Dalam hikayat itu dikatakan bahwa Hang Tuah wafat di usia tua dikebumikan di kaki Gunung Bentan, di Kampung Duyung, di atas Bukit Duyung, membelakangi Sungai Duyung, dan di bawah pohon Nam-Nam.

Asyim menceritakan, keberadaan makam ini sudah sangat lama diketahui secara turun temurun oleh warga Kampung Duyung.

Lokasi makam Hang Tuah yang saat ini berubah menjadi hutan, sebenarnya dahulunya adalah sebuah kampung. Asyim sendiri masa kecilnya tinggal di kampung ini. Dahulu, kampung ini terbentuk karena memang sangat dekat dengan aliran sungai Duyung yang sejak zaman dahulu menjadi nadi dan sumber air warga Desa Duyung.

Namun, karena perkembangan zaman dan jalan raya di Kampung Bintan Enou dibangun, warga yang sebelumnya tinggal di Kampung Duyung perlahan pindah dan membangun rumah di dekat jalan raya Bintan Enou. Akhirnya Kampung Duyung kosong ditinggalkan warga dan kini menjadi kebun dan hutan.

“Sebelumnya, makam Hang Tuah ini berada di dalam perkampungan, tetapi karena warga kampung sudah hijrah, maka makam tersebut menjadi hutan belantara,”begitu kata Asyim.

Keberadaan makam Laksamana Hang Tuah di Bintan, menurut Asyim, karena setelah mengapdi ke Kerajaan Malaka, Hang Tuah kembali ke Bintan. Dia dipercaya menghabiskan hari tua hingga meninggal di Kampung Duyung ini. (*)

Tulisan ini juga bisa dibaca di blog menixnews

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved