Kapal Pembawa Sabu dari Luar Negeri Matikan Signal GPS dan Bermain di Perairan Bebas
Kapolda Kepri Irjen Pol Sam Budigusdian mengatakan, sepanjang kapal itu teregister, masih bisa dideteksi saat masuk ke Indonesia.
Laporan Tribun Batam, Eko Setiawan
BATAM.TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Perairan di Kepri termasuk salah satu jalur favorit bagi para gembong narkoba untuk memasukkan narkoba ke Indonesia.
Tak heran, banyak kapal-kapal pembawa sabu yang diamankan oleh aparat-aparat terkait selain penangkapan di pintu-pintu masuk pelabuhan.
Sejumlah instansi sebenarnya cukup ketat menjaga perairan Kepri. Mulai dari TNI Angkatan Laut, Bea dan Cukai, Bakamla, hingga Polair.
Namun, para penjahat ini punya banyak modus dalam memasukkan narkotika dalam jumlah besar.
Selain memanfaatkan perairan OPL atau perairan internasional, mereka juga punya cara untuk menghindari patroli.
Teranyar adalah kasus tangkapan 1 ton sabu yang dibawa oleh kapal Wanderlust dari Taiwan.
Kapal itu akhirnya tertangkap di perairan Tanjung Berakit, Bintan, setelah mengantar barang bawaannya di perairan sekitar Anyer, Jawa Barat.
Ternyata, kapal itu mematikan sinyal GPS di perairan Bangka untuk menghindari pengejaran.
Untungnya, data kapal cukup lengkap dikirim oleh kepolisian Taiwan sehingga petugas BC bisa mengukur kecepatan kapal dan penggunaan BBM.
Dari penghitungan manual, kapal milik WN China ini akhirnya bisa diperkirakan lokasinya dan kemudian disergap.
Baca: Bawa Sabu dan Ekstasi dari Batam, Bandar Narkoba Ini Mati Ditembak Polisi di Jakarta
Baca: WADUH! Sabu Tangkapan Polda Metro Masuk Lewat Karimun. Ini Tanggapan Helmy Santika
Kapolda Kepri Irjen Pol Sam Budigusdian mengatakan, sepanjang kapal itu teregister, masih bisa dideteksi saat masuk ke Indonesia.
Namun, pada kasus Wanderlust ini, pelaku memanfaatkan jalun OPL atau perairan bebas.