Undang Pelaku Wisata Minum Pagi, Reni Tampung Banyak PR untuk Pariwisata Tanjungpinang

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata (Dispar) Kota Tanjungpinang Reni Yusneli mengumpulkan para pelaku wisata kota Tanjungpinang, Senin (11/9/2017).

Penulis: Thom Limahekin |
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tanjungpinang Reni Yusneli saat berdiskusi dengan para pelaku pariwisata Tanjungpinang, Senin (11/9/2017). 

BATAM.TRIBUNNEWS.COM TANJUNGPINANG - Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata (Dispar) Kota Tanjungpinang  Reni Yusneli mengumpulkan para pelaku wisata kota Tanjungpinang, Senin (11/9/2017).

Temu pelaku wisata itu dikemas dalam acara coffee morning.

Coffee morning ini tidak hanya asosiasi yang terlibat langsung dengan pariwista, seperti Asita (asosiasi travel agent), PHRI (hotel dan restoran), tetapi juga organisasi pendukung seperti HPI, Organda, maskapai penerbangan, Dewan Kesenian Kota, Genpi dan HAKI.

"Kita ingin mempererat hubungan silaturahmi antara dengan para pelaku usaha agar dapat saling bersinergi dalam mengembangkan pariwisata Tanjungpinang," kata Reni kepada Tribun.

Coffee morning berupa dialog ringan namun terarah, membahas tentang upaya-upaya dalam mengembangkan sektor pariwisata serta permasalahan yang dihadapi.

"Target wisatawan mancanegara (Wisman) tahun 2017 sebesar 102. 000 orang dan laporan sanpai dengan Juli 2017, angka Wisman baru 52.866 orang. Mudah-mudahan sampai akhir 2017 target dapat tercapai," ungkap Reni.

Menurut Reni, target ini tentunya bisa dicapai melalui promosi dan kegiatan yang melibatkan kerjasama berbagai pihak.

Untuk 2017, Disbudpar Tanjungpinang masih mempunyai kegiatan besar, yaitu Dragon Boat Race dan Festival Bahari Kepri yang diselenggarakan Provinsi Kepri .

Masalahnya, kata Reni, "Tahun ini kita tidak bisa melakukan promosi mengingat defisit anggaran," ujar Reni.

Karenanya, dalam dialog tersebut, Reni berharap kepada pihak yang hadir agar ikut mempromosikan wisata Tanjungpinang.

Reni juga menampung masukan bahkan kritik dalam acara itu. Baginya, semua permasalahan harus dibahas sampai hal yang kecil-kecil.

"Misalnya soal kesemrawutan pintu masuk pelabuhan karena tidak ada pengaturan taksi yang baik, belum adanya pusat oleh-oleh dan masih kurangnya promosi serta objek wisata baru. Ini semua penting untuk kita perbaiki," kata Reni.

Ketua Asita Saprik menyarankan agar perlu segera dibuat pusat oleh-oleh khas Tanjungpinang dan pembenahan tempat kuliner, seperti Akau Potong Lembu dan Melayu Square, agar bersih, menarik dan nyaman.

Reni mengatakan, meskipun banyak hal yang akan dibenahi, namun ia akan terus membuka dialog sehingga program-program dan perbaikan ke depan bisa lebih terarah.

"Ke depan, Disbudpar Tanjungpinang akan membuka dialog dengan melibatkan lebih banyak pihak, seperti DPRD, akademisi dan media," ujar Reni. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved