MOTION

Warga Arung Hijau, Bertahan Hidup dengan Membuat Gula Aren

Bagi masyarakat Anambas, gula yang biasa disebut 'ijuk' menjadi salah satu hasil komoditas pertanian.

TRIBUNBATAM/ANDRIANI
Motion 

GULA aren, siapa yang tidak mengenal si manis mewarna merah ini? Bagi masyarakat Anambas, gula yang biasa disebut 'ijuk' menjadi salah satu hasil komoditas pertanian.

Bahkan, di sini sudah ada komunitas masyarakat yang membuat gula aren. Tempatnya berada di Arung Hijau Desa Tiangau, Kecamatan Siantan Selatan, dan tidak jauh dari ibukota Anamas, Tarempa.

Gula aren hasil warga Arung Hijau tentu saja dijamin keasliannya karena dibuat sendiri dari nira hasil sadapan pohon aren milik warga setempat.

Kelompok masyarakat ini telah menekuni pembuatan gula aren ini secara turun temurun. Ali Husein misalnya. Pria yang tak muda lagi ini, mengaku telah menggeluti profesi pembuat gula aren ini sejak tahun 1981.

Dia bersama dengan sejumlah pria lainnya di desa tersebut mengambil sendiri nira dari pohon aren. Biasanya mereka mengambil nira dua kali sehari, yakni pagi dan sore hari.

Tidak hanya Ali Husein, Azhar, warga lainnya bahkan telah menekuni profesi membuat aren ini sejak masih kecil. Pria berusia 46 tahun ini, sejak kecil terbiasa memanjat pohon aren untuk mengambil nira agar bisa diproses menjadi gula.

Pohon aren yang mereka ambil niranya ini pun merupakan pohon milik keluarga yang letaknya di daerah perbukitan yang cukup terjal. Pohon-pohon yang sudah berumur tua, memang menjadi sumber mata pencarian mereka.

"Kalau saya ambil nira ini sejak kecil. Proses penampungan sebanyak dua kali, sore tampung kemudian diambil pada pagi hari dan begitu seterusnya," ungkap Azhar pada Tribun belum lama ini.

Meski pembuatan gula aren di Arung Hijau kini tidak seramai dulu, namun sejumlah masyarakat tetap semangat menjalankan tradisi keluarga tersebut. Alasan beberapa warga tidak lagi menekuni profesi pembaut gula aren karena harga jual gula yang terbilang murah.

Lagipula, kata Azhar, pemasaran gula ini cukup sulit. Harga satu tempongnya (setara 4 ons) sekitar Rp 8.000. Namun, karena tidak ada pembeli, gula aren pun sering teronggok di rumah.

"Masing-masing dari kami sudah punya langganan. Bagi yang tidak punya langganan, tauke tidak mau mengambil. Kalau pun dia mengambil, harganya hanya bisa dibeli separuhnya," ungkapnya. (*)

Penyadapan Aren Pakai Cabai
Proses pembuatan gula aren dimulai dari pengambilan nira dengan cara menyadap bagian atas pohon aren. Proses penyadapan pun terbilang unik, karena menggunakan cabai.

Epen, pembuat gula aren di Arung Hijau mengatakan, penggunaan cabai saat penyadapan untuk merangsang nira agar banyak keluar. Air nira yang dihasilkan lebih banyak dan rasanya tetap manis meski terdapat sedikit rasa pahit.

"Lebih kurang sama dengan kita, Bang. Kalau mata kita kena cabai, tentu banyak air keluar. Untuk cabainya tidak ada yang khusus. Biasa saya menggunakan cabai merah," ujarnya.

Sedikitnya 20 liter nira bisa diperoleh dari hasil sadapan tandan di satu pohon aren. Dari keseluruhan nira yang diperoleh ini, sedikitnya 10 kilogram gula aren bisa dibuat untuk selanjutnya bisa dikonsumsi sendiri atau dijual.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved