MOTION
Warga Arung Hijau, Bertahan Hidup dengan Membuat Gula Aren
Bagi masyarakat Anambas, gula yang biasa disebut 'ijuk' menjadi salah satu hasil komoditas pertanian.
Untuk memasak nira menjadi gula, dibutuhkan waktu yang lama kurang lebih tujuh jam. Meski terkesan mudah, namun api perebus nira harus terus menyala agar kualitas serta rasa gula bagus. (*)
Rahasia Teknik Turun Temurun
PARA pembuat gula aren di Arung Hijau memiliki teknik tersendiri saat melihat apakah kualitas gula aren yang mereka buat masuk dalam kategori gula bermutu terbaik atau tidak.
"Ada kodenya di kami. Kalau sudah mau masak, ada semacam kawah dia. Jadi meletup-meletup gitu. Kemudian coba dites, beberapa cairan nira jatuhkan ke air. Kalau cepat pecah tandanya belum masak. Tapi kalau keras dia, tandanya sudah masak dan bisa dicetak," ungkap Ali, pembuat gula aren. Teknik ini sudah diterapkan secara turun temurun oleh masyarakat di desa ini.
Jika gula aren yang telah dimasak selama berjam-jam sudah masak, selanjutnya dapat dicetak ke dalam tempurung kelapa yang telah dibelah menjadi dua bagian. Masyarakat sekitar pun menyebut tempurung itu dengan istilah ini dengan satu 'tempong' atau setara dengan empat ons.
Gula aren yang telah mengeras dalam cetakan itu pun, kemudian dibungkus ke dalam daun pisang
kering sebelum akhirnya dijual ke pasar.
"Selain dicetak, kami juga menyimpan gula aren dalam bentuk cair. Biasanya, ini enak untuk campuran air kelapa, kopi hitam bahkan the. Jadi sebagai pengganti gula pasir," ungkap Azhar. (*)
Sampel Gula Dikirim ke Perusahaan
Potensi gula aren di Arung Hijau Desa Tiangau Kecamatan Siantan Selatan, memang besar. Para petani pun mencoba memasarkan gula tersebut ke luar pasar Anambas.
Danramil 02/Tarempa Kodim 0318/Natuna Kapten Inf Syamsuwarno pemerhati sekaligus pembina komunitas pembuat gula aren ini, telah mengirimkan sampel gula aren dari Arung Hijau ke perusahaan pabrik kecap melalui rekannya di Tanjungpinang.
"Contoh sudah dikirim ke pabrik kecap. Awalnya, ada rekan di Tanjungpinang yang tertarik dengan potensi gula aren ini serta membutuhkan sampel gula aren dari Anambas ini," ujar Syamsuwarno.
Ia menambahkan, pohon aren tidak hanya bermanfaat dari nira yang dihasilkan, tapi bagian lain dari pohon ini bisa dimanfaatkan. Misalnya, bagian ijuk dapat dimanfaatkan untuk dibuat sapu dan tali sebagai komoditas bernilai ekonomi tinggi.
Tidak hanya itu, ijuk dari pohin aren juga dapat dimanfaatkan sebagai atap rumah dan atap pada pondok-pondok kecil yang banyak ditemukan di pesisir pantai Arung Hijau.
"Sagu dalam batangnya bisa dimanfaatkan sebagai pengganti beras. Buahnya dapat dibuat sebagai kolang kaling dengan kandungan protein tinggi. Serta pucuknya yang bisa dimanfaatkan sebagai pengganti rokok," ungkapnya.
Syamsuwarno melihat, selain minimnya informasi dalam mengolah aren, pasar yang tidak jelas dalam memasarkan hasil produksi dari pohon aren menjadi kendala lain dalam mengangkat kembali potensi aren di Anambas ini. (*)
