Mahmud Riayat Syah Pahlawan Nasional

Sultan Mahmud Riayat Syah: Diaspora Menjaga Marwah

Inilah taknik diaspora demi menjaga marwah negeri. Sebab sultan paham, Belanda akan membalasan atas kehancuran bentengnya di Tanjungpinang.

ISTIMEWA
Sultan Mahmud Riayat Syah 

“Ke mana pergi orang-orang melayu dan peranan?” tanya Jacob.

“Sudah berpecah-pecah ke sana ke mari. Ada yang ke Lingga, ada yang ke Pahang, ada yang ke Terangganu,” jawab seorang China.

Maka, menurut Tuhfah an-Nafis, Jacob pun kembali lagi ke Malaka dan melaporkan apa yang telah dia temukan di Tanjungpinang kepada Gubernur Belanda di Malaka itu.

Sementara di Daik Lingga, Sultan Mahmud Riayat Syah bersama seluruh warga yang menyertainya hijrah mulai membangun komunitas baru. Sultan membangun pasar sebagai pusat transaksi barang, membangun masjid untuk melaksaan salat, serta membangun perkampungan bagi setiap penduduk berdasarkan tempat asal mereka. Sebab itu, di Daik terdapat banyak nama kampung yang serupa dengan kampung asal penduduknya.

Selian itu, tak lupa juga benteng pertahanan di bangun sedemikian rupa dengan beberapa titik berbeda lengkap dengan meriam-meriam yang sebagian hasil jarahan dari benteng Belanda di Tanjungpinang. Benteng Mepar, Bukit Cening, Benteng Kuala Daik dan lainnya adalah bagian dari strategi pertahanan, walaupun sepanjang sejarah tidak pernah satupun peperangan meletus di Daik Lingga.

Baca: Gubernur Nurdin Ingin Sultan Mahmud Riayat Syah Jadi Motivasi Bangkitkan Kejayaan Bahari

Membangun Perekonomian

Taktik yang tidak penting yang diterapka kerajaan ialah “mamaksa” setiap kapal yang melalui selat Penuba untuk singgah ke pelabuhan Daik lingga. Di tepian sungai dari itu, terdapat pasar. Dan di sanalah para pedagang bisa saling bertukar barang sehingga lambat laun pelabuhan ini menjadi tempat persingahan kapal-kapal dagang.

Sementara untuk keperluan kerajaan dan demi menyejahterakan rakyat, sultan membuka pertambangan timah di Dabo Singkep. Para kuli didatangkan untuk meraih hasil yang maksimal. Namun, lagi-lagi hal itu terendus oleh Belanda sehingga setiap hasil galian diawasi dengan ketat.

Namun, Sultan Mahmud Riayat Syah tidak kalah cerdik, ia menjual sebagai hasil tambang ke Belanda dan sebagian lainnya dijual secara gelap ke pihak Inggris. Pola itulah, yang menurut para peneliti membuat Kerajaan yang kini beranama Riau-Lingga-Johor-Pahang itu bisa membiayai infrastruktur kerajaan serta menambah peralatan perang.

Perkuat Diplomasi

Sultah Mahmud Syah tidaklah tinggal diam “bersembunyi” di balik gunung Daik itu. Ia masih eksis melakukan diplomasi ke berbagai kerajaan Melayu lainnya. Tidak hanya dengan kerajaan-kerajaan yang masih memiliki hubungan kekerabatan, tetapi juga kerajaan lainnya.

Dalam buku Sejarah Kejuangan dan Kepahlawan Sultan Mahmud Riayat Syah (2012) sebagaimana dikutip dari catat E. Netscher, disebutkan, sultan pernah hendak melakukan persekutuan bersama beberapa kerajaan dengan mempersiapkan sekitar 400 armada perang.

Baca: Pemprov Kepri Gelar Upaya Khusus Penobatan Sultan Mahmud Riayat Syah Menjadi Pahlawan Nasional

Jumlah kapal itu terpecar di berbagai penjuru yang bakal digunakan untuk menginvasi Belanda di Malaka dan Inggris di Pulau Pinang Malaysia. Strategi awal yang digunakan ialah mengganggu setiap kapal Belanda dan Inggris yang melewati selat Malaka.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved