Mahmud Riayat Syah Pahlawan Nasional
Sultan Mahmud Riayat Syah: Diaspora Menjaga Marwah
Inilah taknik diaspora demi menjaga marwah negeri. Sebab sultan paham, Belanda akan membalasan atas kehancuran bentengnya di Tanjungpinang.
Strategi menjaga negeri dengan tuah bahari itu membuat Belanda putus asa. Belanda terdesak dan mengambil langkah untuk mengembalikan kedudukan Sultan Mahmud Riayat Syah dan seluruh struktur kerajaan lainnya. Perjanjian damai pun ditandatangani dan penyerahan kekuasan dilakukan pada Oktober 1795 dengan disaksiakan oleh pihak Belanda dan Inggris.
Namun, pada tahun yang sama, belakangan Belanda pun kalan pengaruh dengan Inggris dalam perebutan daerah koloni. Belanda menyerah kepada Inggri. Lantas Inggris mengembalikan sepenuhkan kerajaan Riau-Lingga-Johor-Pahang dan mengakui Sultan Mahmud Riayat Syah sebagai sultannya.
Setahap demi setahap, Sultan Mahmud Riayat Syah mulai kembali memperkuat kerajaan. Dari sisi perekonomian, pertambangan timah di Dabo Singkep menjadi tulang punggung untuk devisa kerajaan. Setidaknya, hal itu bisa disaksikan dari beberapa meriam yang berada di benteng-benteng pertanahan di Daik dan sebagian di Dabo.
Marhum Masjid
Adat dan kebudayaan tumbuh. Di pulau Penyengat, yang menjadi mas kawin baginda kepada Engku Putri Raja Hamidah, menjadi pusat tamadun melayu. Gelaran tradisi semakin hidup di bumi Melayu, khususnya dalam tradisi yang berhubungan tradisi Islam. Baginda sering menggelar kegiatan keagamaan di antar dua tempat itu, Daik dan Penyengat.
Baca: Video Kemeriahan Siswa Menunggu Arakan Plakat Pahlawan Nasional Sultan Mahmud Riayat Syah
Sultan Mahmud Riayat Syah lebih banyak berkedudukan di Daik Lingga. Di ibukota kerajaan ini pula ia meninggal. Menurut catatan E. Netscher, sebagai dikutip penulis setelahnya, ia meninggal pada 12 Januari 1812. Ia dimakamkan sebelah barat masjid Jami Sultan Lingga yang hingga kini masjid itu masih berdiri kokoh.
Sebagaimana dalam adat istiadat Melayu, setiap orang meninggal mendapatkan julukan atau gelaran yang biasanya disematkan berdasarkan lokasi pemakaman. Sultan Muhammad Riayat Syah pun bergerlar Marhum Masjid, yakni sultan yang dimakamkan di sekitaran masjid.
Pascawafatnya Sultan Mahmuad Riayat Syah, kerajaan terus berisi dengan sultan-sultan selanjutnya. Sejarah Kerajaan Riau Lingga Johor Pahang ini pun adalah bagian dari kronik sejarah nusantara. Sebelum karajaan dibubarkan secara sepihak oleh Belanda, keberadaannya masih eksis hingga 1913 dengan sultan terakhri Abdurrahman Muazzam Syah. (*)