Fakta-Fakta Mengejutkan tentang Janin yang Diaborsi 15 Tahun Lalu tapi Masih Membatu di Rahim Ibunya
Dokter di India kaget menemukan ada janin yang telah mengeras dalam rahim seorang wanita, padahal sudah diaborsi 15 tahun lalu.
“Ini mengejutkan bagi semua orang yang hadir di ruang operasi. Setelah perutnya dibedah ternyata ada sebuah ‘bayi membatu’ yang telah tumbuh. Meskipun demikian, rahim, indung telur, dan tuba falopinya normal,” jelas Dr. Nilesh Junankar.
Ia menambahkan, pasien wanita itu telah berhenti menstruasi sejak 5 tahun lalu dan tidak dalam usia melahirkan anak.
Baca: PARA FANS CR7, Inilah Celana Dalam Denim Sang Pujaan yang Segera Dirilis. Harganya Fantastis!
Sejak tidak dilakukan sonografi, sang wanita maupun dokter tidak menyangka bayinya masih ada di dalam perut.
Masih menurut Dr. Junankar, kemungkinan terjadinya kehamilan dalam perut adalah 1 berbanding 11.000 kehamilan.
Hanya sekitar 1,5 hingga 1,8 persen saja kehamilan di perut yang berkembang menjadi Lithopedia.
“Kami telah mengeluarkan bayi membatu dari tubuh wanita itu dan ususnya sepanjang 1,2 m juga ikut dibuang,” kata Dr. Nilesh Junankar.
Wanita itu pun berterima kasih kepada dokter dan rumah sakit yang telah membebaskan dirinya dari rasa sakit bertahun-tahun.
Apalagi pihak rumah sakit membebaskan biaya perawatannya.
Apa sebenarnya lithopedion? Berikut fakta-faktanya :
1. Lithopedion berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘bayi membatu’.
2. Dalam dokumen sejarah kedokteran tercatat ada 300 kasus selama 400 tahun terakhir ini.
3. Bayi membatu dapat terjadi sebagai hasil dari suatu ectopic pregnancy atau kehamilan di luar rahim, dimana fetus berkembang di luar rahim ibunya. Biasanya di dalam tuba falopi.
4. Ketika terjadi ectopic pregnancy, fetus yang telah mati tidak punya jalan untuk keluar dari tubuh ibunya.
4. Sebaliknya fetus itu membusuk di dalam perut dan membuat ibunya berpotensi terkena infeksi dari tubuh yang telah menjadi mumi itu.
5. Proses pengapuran ini pada dasarnya berasal dari akumulasi garam dalam tubuh manusia yang digunakan sebagai suatu pertahanan melawan potensi infeksi. (intisari online/Khena Saptawaty)