Di Balik Keseksian Lingerie yang Disukai Para Pria, Ada Sejarah Kelam dan Menyiksa Para Wanita

Masih banyak terjadi kesalah pahaman hingga hari ini, seolah pemakaian lingerie hanya untuk menyenangkan mata suami.

bukalapak
Lingerie 

Meski bahan besi ditinggalkan, korset kala itu masih menekan dan ikatannya sangat kuat.

Baca: CATAT YA! Tahun Depan Sistem Gaji ANS Berubah. Walau Jabatan dan Golongan Sama tapi Gaji Bisa Beda

Tekanan sangat kuat itu sering membuat tulang iga patah atau melenceng. Banyak perempuan tak leluasa bernapas alias sesak dada.

Di abad ke-18 barulah keadaan agak membaik. Bentuk pakaian dalam tidak hanya satu pilihan. Ada pilihan lain yang lebih menarik dan nyaman saat dikenakan.

Pakaian dalam lantas didesain untuk mencapai efek itu.

Walaupun korset masih dibuat dari tulang insang ikan paus yang tentunya masih kaku dan tetap berat, korset-korset saat itu mulai dihiasi pita, renda, dan sulaman yang ramai dan ruwet.

Kata lingerie pertama kali dicetuskan dalam bahasa Inggris di tahun 1835. Diambil dari kata dalam bahasa Prancis kuno, linge.

Kata itu sendiri sebetulnya dari turunan bahasa Latin, yang berarti terbuat dari linen.

 

Di akhir dari abad ke-18, para dokter bersuara lantang mengenai risiko korset yang desainnya membatasi gerak.

Nah, dari sini, korset yang tidak membatasi gerak diperkenalkan. Selanjutnya, memasuki abad ke-19, terjadi revolusi besar-besaran pakaian dalam.

Tuntutan dokter didukung penuh para konsumen yang tentunya para wanita. Mereka menginginkan korset yang lebih kecil, tidak membatasi gerak, lebih praktis, serta gampang dikenakan sehingga memudahkan mereka bernapas.

Bentuk pakaian dalam yang mereka inginkan berupa bentuk yang saat ini kita kenal dengan nama brassiere (di Indonesia dikenal dengan sebutan BH) yang dalam bahasa Prancis berarti sokongan.

Itulah masa penting dalam sejarah pakaian dalam.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved