'Tes Keperawanan Membuat Hidup Saya Berantakan'
"Hidup saya berantakan. Dulu, hidup saya nyaman, namun sekarang semuanya berubah," ungkap Neda usai tes keperawanan.
Klinik tempat dilakukan uji keperawanan. Foto: BBC NEWS
Tak ada angka resmi soal berapa banyak praktes tek keperawanan dilakukan walau sejumlah bukti menunjukkan uji selaput dara ini biasa dilakukan.
Bobani Haidari, seorang dokter kandungan di Provinsi Bamiyan, mengatakan kepada BBC bahwa dia pernah diminta menguji keperawanan 10 kali sehari.
Sejumlah perempuan diminta untuk melakukan beberapa tes.
Tes ini sering dilakukan tanpa persetujuan perempuan dan menimbulkan kecaman.
Yang menentang mengatakan langkah ini tak manusiawi dan tidak melindungi martabat perempuan.
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, mengatakan "tak ada tempat untuk uji keperawanan dengan menggunakan dua jari karena tak ada validasi."
"Uji keperawanan tidak memiliki dasar ilmiah dan harus dilarang. Uji ini melanggar Konsitutsi, Syariat Islam, dan peraturan internasional," kata Soraya Sobhrang, komisaris untuk Komisi Hak Asasi Independen Afghanistan kepada BBC.
Praktek ini membuka bisnis ilegal yang menjanjikan untuk menjahit selaput dara dan selain ilegal, juga berbahaya dan mahal.
Keperawanan simbol kejujuran
Neda masih kesulitan untuk membicarakan apa yang terjadi setelah dua tahun.
"Bahkan jika anda tak melakukan apapun, pemeriksaan ini sangat berat rasanya," katanya gugup.
"Yang lebih memalukan lagi karena saya kenal dengan dokter di klinik. Saya sangat malu. Saya tak melakukan yang salah namun saya sangat malu."
Perempuan di Afghanistan diharapkan menjaga keperawanan sampai menikah.