Donald Trump Ancam Hentikan Bantuan, Presiden Palestina: Yerusalem Tidak Akan Dijual!
Para pemimpin Palestina seperti dilansir AFP mengatakan bahwa mereka tidak akan bisa diperas oleh pernyataan Donald Trump tersebut.
TRIBUNBATAM.id, YERUSALEM - Presiden Palestina menunjukkan perlawanannya kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait isu Yerusalem.
Seperti diketahui, Presiden Trump memicu kemarahan dunia setelah mengatakan mendukung Yerusalem atau Baitul Maqdis sebagai ibukota Israel pada 6 Desember lalu.
Setelah kalah telak dalam majelis umum PBB karena hanya mendapat dukungan sembilan negara sementara 132 negara menentang, Trump terus menuai ancaman.
Selain mengancam negara-negara yang mendukung Palestina, termasuk Pakistan, kini Trump mengancam akan menghentikan bantuan kemanuasiaan tahunan sebesar 300 juta dolar AS atau sekitar Rp 4 triliun lebih pada rakyat Palestina
Namun, Presiden Palestina Mahmud Abbas bergemiung dan menegaskan bahwa Yerusalem tidak dijual untuk iming-iming AS.
Para pemimpin Palestina seperti dilansir AFP mengatakan bahwa mereka tidak akan bisa diperas oleh pernyataan Donald Trump tersebut.
Mahmud Abbas mengatakan bahwa mereka tidak lagi berharap apapun pada AS, termasuk peran mereka untuk proses perdamaian di Timur Tengah.
Ini adalah jawaban Abbas terhadap tweet Trump pada Selasa (2/1/2017) lalu, yang mencoba memaksa Palestina ke dalam perundingan baru.
"Kami membayar orang-orang Palestina RATUSAN JUTAAN DOLLAR setahun dan tidak mendapat penghargaan," kata Trump di Twitternya.
'Dengan orang-orang Palestina yang tidak lagi mau berbicara damai, mengapa kita harus melakukan pembayaran besar-besaran ini untuk masa depan mereka?"
Belum jelas, apakah Trump mengancam akan menghapuskan semua anggaran yang nilainya mencapai 319 juta dolar pada tahun 2016 atau sebagian.
AS telah lama memberikan bantuan kemanusiaan melalui Otoritas Palestina serta tambahan 304 juta dolar dari program PBB di Tepi Barat dan Gaza.
Sementara Israel menerima lebih dari 3 miliar dolar bantuan militer per tahun dari Washington.
Juru bicara Abbas mengatakan bahwa mereka tidak menentang negosiasi. Namun perundingan tersebut harus didasarkan pada undang-undang dan resolusi internasional yang telah mengakui sebuah negara Palestina merdeka dengan Yerusalem timur sebagai ibukotanya.
'Yerusalem adalah ibukota abadi negara Palestina dan tidak dijual untuk emas atau miliaran dolar," kata Nabil Abu Rudeina kepada AFP.
