Motion
Komunitas Pembudidaya Pala Anambas Ingin Produksi Sirup dan Minyak Atsiri
Taspinardi, seorang petani pala yang juga anggota komunitas mengaku kewalahan memenuhi permintaan pasar untuk membeli bibit Pala ini.
BUDIDAYA tanaman Pala kian menjanjikan. Tanaman yang memiliki nama Latin Myristica Fragrans ini, kian laku dicari oleh warga yang tertarik untuk membudidayakan tanaman ini.
Hal tersebut seperti menjadi berkah bagi petani pala di Anambas yang bergabung dalam Komunitas pembudidaya tanaman Pala di Desa Tiangau Kecamatan Siantan Selatan.
Taspinardi, seorang petani pala yang juga anggota komunitas mengaku kewalahan memenuhi permintaan pasar untuk membeli bibit Pala ini.
"Alhamdulillah, malah saat ini kewalahan untuk melayani permintaan pasar. Permintaan untuk bibit beragam, dari ada yang memesan tujuh ribu bibit, sepuluh ribu bibit, bahkan dari salahsatu kementrian meminta hingga 150 ribu bibit," ujarnya Minggu (28/1/2018).
Tanaman yang berbuah sepanjang tahunnya ini dikenal memiliki nilai ekonomis tinggi. Biji dan kulit arinya (puli) yang sudah dijemur hingga kering, dapat dijual dengan harga mencapai Rp 100 ribu hingga Rp 120 ribu per kilogramnya. Hasil manis yang kini ia dan rekan-rekan komunitas pembudidaya nikmati, memang bukan tanpa proses untuk mencapainya.
Selain masih baru membudidayakan tanaman ini sejak 2017 lalu, minimnya dukungan hingga keterbatasan dalam memasarkan tanaman menjadi kendala besar para petani.
"Produksi buahnya cenderung melimpah, namun untuk pengembangan ke arah industri rumah tangga juga menjadi kendala lain yang harus kami hadapi. Ketika awal-awal menekuni budidaya ini, kami harus mengirim dahulu biji dan puli (kulit ari) yang sudah dikeringkan ke pengumpul yang ada Tanjungpinang," ungkap pria yang juga pembina sekaligus pemerhati komunitas budidaya tanaman Pala ini.
Sementara itu, Danramil 02/Tarempa Kodim 0318/Natuna Kapten Inf Syamsuwarno mengatakan, terdapat skema yang telah dibentuk untuk mengembangkan potensi tanaman Pala ini.
Mulai program jangka pendek yang membuat olahan dari buah Pala seperti sirup yang telah dikenalkan pada sejumlah hotel berbintang, hingga pengembangan produksi Pala menjadi minyak Atsiri yang menjadi program jangka menengah.
"Masyarakat yang sudah mulai menanam dan membudidayakan tanaman ini juga jangan cemas mau ke mana setelah tanaman ini berproduksi. Karena ada skema yang telah dibentuk dan dirancang dengan tujuan untuk menggerakkan ekonomi masyarakat sekaligus mengembangkan potensi buah Pala itu," ujarnya yang mulai tertarik melirik potensi tanaman ini sejak 4 Februari 2016 silam. (*)
Siapkan Varietas Baru Lewat Indukan Lokal
KEBERADAAN komunitas pembudidaya Pala di Anambas, tidak hanya berdampak pada meningkatnya taraf kesejahteraan ekonomi masyarakatnya saja.
Bahkan, saat ini, Balai Penelitian Tanama Obat dan Rempah (Balitro) Bogor, Jawa Barat mulai melirik eksistensi komunitas tersebut. Status tanaman indukan unggulan lokal pun, sementara disematkan untuk tanaman Pala yang ada di Anambas ini.
"Untuk saat ini, statusnya ditetapkan sebagai pala indukan lokal," ujar Jonggarman, seorang pembudidaya tanaman Pala di Desa Tiangau Kecamatan Siantan Selatan.
Untuk menghasilkan varietas baru, saat ini sedang dilakukan proses sidang oleh Balitro Bogor, Jawa Barat bersama tim yang sebelumnya beberapa kali berkunjung dan melihat pohon indukan tanaman Pala di Desa Tiangau November 2017 silam.
